Monday, March 4, 2013

Mau Nonton Bola, Nyawa Taruhannya


Waktu itu saya dapat bbm dari teman saya Iren yang mengajak untuk menonton final Sea Games cabang sepakbola U-23 langsung di Gelora Bung Karno bersama teman saya lainnya, Mamat. Saya langsung setuju, kebetulan salah satu teman kami semasa kuliah, kenal orang yang berjualan tiketnya sehingga kami tidak perlu antri di GBK. Tiket VIP sudah ditangan, tapi masa tidak pake perlengkapan timnas, akhirnya saya dan Iren dengan niatnya beli terlebih dulu baju timnas Indonesia seminggu sebelum pertandingan.
Karena hari pertandingan final itu hari Senin, sehingga saya baru bisa pergi kesana begitu beres jam kerja. Mamat dan Iren sudah stay tune di FX karena kami janjian disana. Jam 5 teng, saya langsung ngacir keluar kantor dan mencari ojeg yang mau mengantarkan ke GBK. Sebenarnya pakai bus transJakarta juga bisa, tapi mengingat ini jam pulang kantor pasti macet sekali. Mendekati daerah GBK, jalanan seakan berubah menjadi merah, karena banyaknya orang-orang pendukung Indonesia yang berjalan kaki maupun menggunakan motor memenuhi jalan menuju GBK. Saya berharap tidak terlambat, karena pertandingan dimulai jam 7 malam. Akhirnya sampai juga saya di FX, dan langsung mengganti baju kantoran saya dengan baju timnas.
Sampai di gate pintu masuk ternyata perlu perjuangan. Saat itu baru jam setengah 7, tapi pintu ditutup oleh aparat polisi. Saya engga ngerti kenapa? Mungkin mereka takut bahwa kami adalah penonton illegal yang tidak memiliki tiket. Makin lama suasana diluar gate semakin memanas, orang-orang mulai mendorong-dorong kedepan, seperti biasa kalau sudah terjepit diantara banyak orang seperti ini, saya yang tidak tinggi jadi terhimpit dan sulit bernafas karena tidak adanya oksigen. Orang-orang mulai berteriak-teriak, sambil menunjukan tiket mereka ke arah polisi yang berjaga dan meminta untuk membuka pintu masuk ke stadion. Tapi polisi tetap tidak berkutik, karena jumlah masa yang banyak sedangkan polisi yang berjaga hanya 2 orang. Seorang polisi lainnya malah enak-enakan merokok di dalam mobil jaga seakan tidak mau tau.
Setelah beberapa waktu yang menyiksa karena saya sulit bernafas, akhirnya gerbang pun mulai dibuka, orang-orang mulai maju sedikit demi sedikit. Begitu giliran saya maju dan memperlihatkan tiket, ya ampun ternyata tidak seluruh gerbang dibuka. Di depan saya masih ada pagar penghalang setinggi paha, sehingga untuk masuk saya harus memanjat pagar itu dulu. Akhirnya kami bisa masuk ke stadion. Awalnya saya berpikir karena kami sudah membeli tiket VIP maka tempat duduk sudah terjamin, tapi ternyata pikiran kami salah, karena seluruh kursi sudah penuh terisi. Hingga kami bertiga duduk di tangga.
Lautan warna merah di Stadion Gelora Bung Karno
Suasana GBK malam itu sangat meriah, karena tim yang akan Indonesia lawan di malam final itu adlaah Malaysia. Apapun yang berhubungan dengan Malaysia, memang sudah bukan rahasia lagi, pasti aura persaingannya jauh lebih sengit dibanding Indonesia dengan negara lain. Diantara lautan berwarna merah pada kursi penonton di stasion GBK, ada secuil warna kuning yang berasal dari pendukung timnas Malaysia. Jumlahnya mungkin kurang dari 50 orang, dan disekitarnya sudah dikelilingin penjagaan ketat polisi untuk menghindari adanya serangan terhadap pendukung Malaysia itu.
Kedua Timnas sedang menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pertandingan dimulai
Di awal, Indonesia tampil menyerang
Begitu peluit dimulai, telinga saya sempat pekak karena suara gemuruh supporter Indonesia yang menyemangati. Semua dukungan itu terjawab pada menit ke-5 Indonesia unggul 1-0 oleh gol dari tendangan Gunawan Dwi Cahyo. Namun sayangnya pada menit ke-33 Malaysia berhasil menyamakan kedudukan. Hingga menit ke-90, kedudukan masih imbang. Aura semangat sedikit meredup di GBK, hingga pada menit ke-93 Ferdinand Sinaga berhasil mencetak gol ke gawang Malaysia. GBK seakan mau meledak oleh suara kegembiraan supporter Indonesia. Namun sayang, gol itu di anulir wasit karena Okto dianggap berada dalam posisi offside.
Beberapa kesempatan Corner kick, tidak membuahkan hasil
Pertadingan akhirnya dilanjutkan dengan adu penalti. Disinilah Indonesia takluk dari timnas Malaysia dalam adu penalti. Tapi memang saya akui, saat itu kondisi timnas Malaysia diuntungkan dengan memainkan kiper seniornya yang wajahnya menurut saya mirip Vj Daniel hehehheee….
Walaupun berakhir dengan kekalahan dan agak lesu juga sebenarnya, tapi kami masih tetap salut dengan timnas Indonesia yang bermain cukup baik, namun kurang hoki sedikit lagi. Setelah keluar dari stadion saya membuka BB saya, dan mendapati mention dari teman saya di twitter yang menanyakan keadaan saya, Iren dan Mamat di GBK. Ternyata menurut info teman saya ini, ada 2 orang meninggal saat pelaksanaan Sea games barusan. Info ini baru saya dapat, karena selama di dalam stadion kami tidak mendapatkan sinyal Hp.Menurut berita yang selanjutnya saya baca di media, korban meninggal setelah sebelumnya sempat pingsan karena kelelahan dan terinjak-injak saat mau memasuki stadion. Saya turut beduka cita untuk meninggalnya 2 suporter Indonesia malam itu.
Sangat disayangkan, untuk menonton dan menyemangati timnas Indonesia, 2 keluarga harus kehilangan anggota keluarganya. Semoga pihak yang bersangkutan dapat memperbaiki sistem keamanan dan keselamatan di stadion saat diadakan pertandingan. Jangan sampai, hanya untuk mendukung Timnas bertanding saja, kita harus mempertaruhkan nyawa.

No comments:

Post a Comment