Monday, July 1, 2013

1 DAY TRIP (PULAU KELOR, PULAU CIPIR, PULAU ONRUST)

29 Juni 2013

Tiap mau weekend, pasti bingung mau ngapain. Pilihan paling sering itu biasanya pulang ke Bandung. Tapi berhubung baru minggu kemarin saya ke Bandung, jadi minggu ini rencananya mau di Jakarta aja. Kebetulan dapat ajakan dari temen saya yang ngajak untuk ikut 1 day trip ke 3 pulau di kepulauan 1000. Trip ini lebih ke tema jalan-jalan sejarah, dengan mengunjungi 3 pulau yang memiliki bangunan – bangunan peninggalan sejarah. 3 pulau yang akan saya kunjungi itu adalah pulau Kelor, pulau Cipir, dan pulau Onrust. Yang bikin saya mau ikut trip ini selain karena saya memang suka jalan-jalan ke tempat sejarah, faktor lainnya adalah harga yang ditawarkan cukup murah yaitu hanya 99ribu aja.

Meeting point waktu itu adalah di Muara Kamal, saya pergi bersama dengan 3 orang teman saya yang lain. Sesampainya saya di muara Kamal, saya bertemu dengan anggota kelompok lainnya yang juga akan pergi mengikuti trip ini. Jam 8 kami berangkat menggunakan kapal penyebrangan. Sangat di sayangkan keadaan perairan di Muara Kamal yang hitam dan banyak sampah. Tetapi semakin jauh ke tengah air semakin jernih dan berwana hijau, tetapi sayangnya tetap saja saya melihat ada satu-dua sampah dari bungkus makanan (snack). 

PULAU KELOR


Dari Muara Kamal ke Pulau Kelor hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Begitu mendekati pulau Kelor, hal pertama yang paling terlihat adalah bangunan seperti benteng yang sebagian bangunannya mulai runtuh. Walaupun sebagian bangunannya sudah hancur, tapi tetap saja bangunan ini terlihat mengagumkan. Benteng ini bernama Benteng Martello.
Reruntuhan Benteng di pulau Kelor langsung terlihat begitu kapal mendekat
Ukuran pulau ini cukup kecil, karena itu warga menyebutnya pulau Kelor seperti daun kelor yang juga tidak lebar. Luas pulau ini kurang dari 2 hektar, sehingga untuk berkeliling hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Tapi tentunya untuk melihat-lihat reruntuhan benteng ini bisa jadi waktu yang dihabiskan lebih dari 15 menit.
Pemandangan laut terlihat dari dalam benteng
Di sebagian pinggiran pantai banyak terdapat beton pemecah ombak, untuk mengurangi abrasi. Saya juga melihat reruntuhan dinding bata yang sudah runtuh ke sisi pantai. Dinding – dinding bata ini adalah dinding dari benteng, sedangkan bagian benteng yang saat ini masih terlihat berdiri sebenarnya adalah bagian dalah dari benteng itu sendiri. Jadi bentuk asli dari benteng ini sebenarnya jauh lebih besar dari bentuk yang bisa dilihat saat ini. Tapi karena abrasi terus menerus akhirnya benteng bagian luarnya pun runtuh.
Benteng Martello


PULAU CIPIR (PULAU KHAYANGAN)

Setelah puas melihat-lihat pulau Kelor, pulau selanjutnya yang saya datangi adalah Pulau Cipir (Pulau Khayangan). Pulau ini pada jaman Belanda dulu digunakan sebagai tempat karantina dan rumah sakit bagi jemaah haji. Seluruh calon jemaah haji dari seluruh Indonesia akan dikumpulkan terlebih dahulu di pulau ini untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Dan jangan lupa bahwa pada waktu itu untuk pergi haji, calon jemaah tidak menggunakan pesawat, akan tetapi menggunakan kapal laut yang memakan waktu berbulan-bulan.

Artileri peninggalan Belanda
Setelah mereka selesai pulang dari ibadah haji, mereka harus kembali dikarantina di pulau ini. Selain untuk di cek kondisi kesehatannya juga sebenarnya ada maksud lain dari pemerintah Belanda. Belanda khawatir dengan gerakan Islam di Arab akan berpengaruh kepada para Haji ini sehingga ajan memberontak Belanda sepulangnya dari ibadah haji. Ternyata dari sini juga asal mulanya gelar haji diberikan pada orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji. Gelar haji hanya ada di Indonesia, karena waktu dulu orang-orang yang sudah kembali dari ibadah haji dan di karantina oleh pemerintah Belanda, akan diberikan gelar haji itu.
Reruntuhan bekas rumah sakit calon haji

Saat saya berkeliling pulau ini, sebagian besar adalah reruntuhan bangunan beton dikelilingi pepohonan rimbun. Berbeda dengan pulau Kelor yang tidak terlihat kehidupan selain manusia yang datang untuk melihat-lihat, di pulau Cipir banyak terdapat kucing dan ayam, bahkan ada seekor monyet. Saya jadi penasaran kapan kucing dan ayam pertama tiba di Pulau itu dan siapa yang membawanya hehehee…

Di salah satu ujungnya terdapat sebuah jembatan yang sudah runtuh, dulunya jembatan itu menghubungkan Pulau Cipir dengan Pulau Onrust. Di salah satu bagian bangunan yang sudah runtuh,, terdapat kamar dengan jendela menghadap pantai. Saya membayangkan jaman dulu waktu keadaan bangunan itu masih bagus, mungkin orang yang menempati kamar itu tiap bangun tidur pemandangannya enak bisa langsung lihat laut.
Di pulau cipir terdapat 1 warung, dan juga terdapat toilet. Jadi lumayan untuk makan siang bisa beli di warung itu.

PULAU ONRUST

Setelah selesai berkeliling pulau Cipir, saya menuju pulau terakhir yaitu Pulau Onrust. Onrust diambil dari bahasa belanda yang berarti tidak pernah beristirahat, atau dalam bahasa inggrisnya Unrest. Jaman Belanda dulu, masyarakat sekitar juga menyebutnya sebagai pulau Kapal, karena seringnya kapal-kapal datang ke pulau ini.

Dulunya pulau ini menjadi markas Belanda sebelum berhasil mengambil alih Jakarta. Tapi kemudian pulau ini juga dijadikan sebagai asrama haji sebelum diberangkatkan ke Arab, agar mereka mampu beradaptasi dengan udara laut. Menurut guide, pulau Onrust pada jamannya sangat terkenal, mungkin seperti Bali versi colonial Belanda.

Pulau Onrust saat ini 85%nya mungkin hanya berupa puing-puing bangunan. Masih menurut guide yang mengantar saya berkeliling di Pulau Onrust, bangunan-bangunan di pulau ini rusak akibat dijarah orang warga sekitar. Mereka mengambil material-material bangunannya, dan yang tersisa saat ini adalah material-material yang tidak terpakai. Jaman dulu bentuk barak berbentuk seperti rumah panggung dengan pancang di bawahnya, saat ini hanya tinggal pancang betonnya saja yang masih terlihat.

Sisa reruntuhan tempat karantina Haji

Yang unik dari tata bangunan di pulau ini adalah adanya yang disebut pagar anti tikus. Pagar anti tikus ini berupa beton yang di tanam ke bawah tanah untuk menghindari tikus masuk rumah dengan cara menggali tanah, dan dibagian atas beton ini di pagari. Hal ini dilakukan karena dulu pernah terjadi wabah tikus di pulau ini hingga menewaskan warga disana. Tapi saat ini yang terlihat hanya bagian betonnya saja.
Sisa pagar anti tikus
Pulau onrust mungkin adalah museum terbuka terbesar di Indonesia, dan satu – satunya pulau sejarah yang juga digunakan sebagai museum. Di salah sau bangunan yang masih berdiri, dan saat ini digunakan untuk menyimpan sisa – sisa jaman Belanda dulu, kita bisa melihat boomerang, maket tata kota pulau Onrust, dan maket kondisi kota setelah terkena letusan Gunung Krakatau.
Maket tata kota di Pulau Onrust
Maket keadaan kota di Pulau Onrust setelah terkena letusan Krakatau
Juga ada beberapa foto masa lalu dari Pulau Onrust. Bangunan penjara juga masih bisa dilihat disini, dan ada satu bagian melingkar seperti kolam ikan di ruangan terbuka yang ternyata dulu fingsinya adalah untuk arena bertarung para tahanan. Jadi sama seperti yang terjadi di jaman gladiator dimana tahanan di adu untuk saling berkelahi hingga mati.


Area bertarung untuk para tahanan
Ternyata di pulau ini terdapat lorong bawah tanah, yang gosipnya lorong ini terhubung hingga pulau Kelor dan ada juga gossip yang bilang bahwa di bawah itu terdapat emas yang ditimbun. Tapi sayangnya jalan menuju lorong itu sudah ditutup demi alasan keselamatan.

Disini juga terdapat beberapa komplek kuburan, ada bagian kuburan pribumi yang dulunya dalah pemberontak pribumi yang akan melawan Belanda menggunakan kapal Zeven Provincien pada tahun 1933. Mereka memberontak karena tidak adilnya sistem penggajian oleh pemerintah Belanda, dimana pribumi diberikan gaji lebih rendah dibandingkan orang Belanda dan orang Cina. Selain itu juga makam pribumi ini digunakan untuk para calon haji yang meninggal di pulau ini. Selain komplek pemakaman pribumi, ada juga komplek makan khusus orang Belanda. Jika orang yang meinggal adalah orang dengan strata tinggi, maka diatas kuburannya akan ditutup dengan batu alam.

Ada cerita horor di pulau ini yang terkenal yaitu penampakan seorang wanita Belanda bernama Maria. Maria meninggal tahun 1719 mengenakan gaun pengantinnya saat menunggu kekasihnya yang tidak juga datang, dan ternyata kekasihnya sudah meninggal terlebih dulu. Kita bisa melihat kuburan Maria di komplek makam Belanda. Diatas makamnya tertulis puisi dalam bahasa Belanda.
Batu alam di atas makam Maria dengan ukiran puisi dalam bahasa Belanda
Dan yang agak membuat saya kaget ternyata di pulau Onrust ini adalah lokasi makam dari Kartosuwiryo. Kartosuwiryo adalah kepala pemberontakan DI/TII atau saat ini dikenal dengan NII, yang ingin membuat Indonesia menjadi negara Islam.

Dibanding dengan 2 pulau sebelumnya, berkeliling pulau Onrust ini lumayan bikin cape juga ternyata. Untungnya disini terdapat beberapa warung bambu bahkan ada musola dan toiletnya juga. Perjalanan selesai setelah jam 3 sore, dan kami kembali ke kapal untuk menuju Muara Kamal, kembali ke pulau Jawa. Ternyata lokasi ketiga pulau ini tidak jauh dari Jakarta, bahkan saat di pulau Onrust, saya bisa melihat gedung-gedung tinggi yang sedang dibangun di Jakarta.

Over all, perjalanan hari ini bener-bener engga rugi. Dari pada ngabisin weekend di Jakarta pergi ke mall, ngabisin duit buat belanja, mending jalan-jalan sambil mengenal sejarah negara sendiri kan hehehee…




WISATA GOA PINDUL, TAMAN SARI, MASJID BAWAH TANAH, INDISCHE KOFFIE RESTO

26 Mei 2013

Hari kedua di Jogja, tujuan utama saya dan teman-teman adalah Goa Pindul.  Lokasinya yang berada di gunung kidul, memakan waktu sekitar 1 jam dari Malioboro.  Untuk ke Goa Pindul sulit jika menggunakan angkutan umum, kareenanya saya menyewa mobil dan teman saya dari Backpacker Indonesia  (BPI) yang menjadi guide sekalian supir heheheee….
Semakin dekat ke tujuan, kita kaan melihat banyak orang berdiri di pinggir jalan. Mereka adalah penunjuk jalan untuk menuju ke Goa Pindul. Ternyata wisata alam Goa pindul ini dikelolah oleh beberapa pihak. Tiap pihak mempunyai guide masing-masing yang stay tune di pinggiran jalan menuju arah lokasi wisata. Dan para guide penunjuk jalan ini gratis.
Kawasan wisata Goa pindul adalah salah tempat wisata bagian dari Desa wisata Bejiharho, Karangmojo, Gunung Kidul. Di desa wisata ini terdapat beberapa pilihan paket wisata.


Pilihan paket wisata di Goa Pindul
Waktu itu karena waktu kami terbatas, dan sudah kesepakatan awal dengan teman yang lain ingin ke Goa Pindul, akhirnya kami mengambil paket Caving ke Goa Pindul. Per orang dikenakan biaya Rp.30.000,-.
Mobil offroad yang digunakan untuk menuju lokasi wisata
Briefing sebelum masuk ke air
Setiap orang diberikan jaket pelampung, dan 1 ban besar untuk di duduki. Selama perjalanan menyusuri Goa pindul, Guide akan menjeleskan tempat-tempat yang kami lalui. Seperti dimana lokasi sarang Kelalawar, atau tempat kelelawar kawin, atau buang air. Ada juga stalaktit yang terlihat patah, menurut guide hal ini dikarenakan diatas goa terjadi banjir, sehingga stalaktit engga kuat untuk menahan beban air yang terlalu besar. Sayang banget ngeliatnya stalaktit itu patah karena kerusakan hutan sampai terjadi banjir.
Di ujung Goa ada spot untuk foto dan lompat dari batu yang bisa di panjat. Perjalanan untuk berkeliling Goa pindul tidak terlalu lama, sekitar 15 menit.

Selesai dari Goa pindul saya melanjutkan mengjungi Taman sari. Jaman dulu tempat ini digunakan untuk pemandian para putri. Untuk masuk kesini kita perlu membayar Rp.2000 kalau melewati pintu depan. 
Taman sari tempat mandi para putri jaman dulu

Area Taman sari





Peta daerah Taman sari & Masjid Bawah tana


Dari taman sari kita bisa lanjut mengunjungi Masjid bawah tanah. Lokasi Masjid ini berada di tengah daerah pemukiman warga, jadi kalau sudah nyasar biasanya saya nanya aja ke warga yang ada disitu. Pasti dengan ramah akan dibantu menunjukan jalan ke Masjidnya. Masjid ini berbentuk lingkaran, di bagian tengahnya ada bagian terbuka seperti panggung. 
Masjid bawah tanah dengan bentuk lorong melingkar


Dulunya digunakan oleh Muadzin untuk Adzan. Di salah satu tembok terdapat cekungan kedalam yang digunakan sebagai tempat imam.

Disekeliling Masjid sudah dijadikan rumah-rumah warga. Di salah satu rumah kita bisa melihat cara pembuatan batik ada juga cara pembuatan wayang.


Salah satu pengrajin wayang di daerah sekitar Taman sari
Tempat terakhir yang dikunjungi adalah sebuah restoran di dalam benteng VREDEBURG. Belum banyak yang tau mengenai restoran ini, namanya Indische Koffie. Tempatnya berkesan klasik gaya colonial dulu. Menu yang dihidangkan dari makanan dan minuman tradisional jawa, hingga makanan internasional.
  Restoran Indische Koffie                                     

Sayangnya waktu itu saya sudah hampir ketinggalan kereta karena waktu yang mepet, saya engga bisa lama-lama disana. Jadi minuman yang sudah dipesan juga terpaksa di take away.
Begitu sampai stasiun, saya harus lari-lari dengan teman-teman saya karena kereta sudah mau berangkat. Untungnya kami berhasil naek kereta 3 menit sebelum kereta jalan fiuuuhhhh…
Kalo pergi liburan di Jogja emang engga akan cukup kalau cuma 2 hari, lain kali semoga bisa lebih lama waktu liburannya hehehee…