Tuesday, May 20, 2014

Cetak tiket Kereta api sendiri

Hari minggu kemarin saya rencananya mau menukarkan tiket yang sudah saya pesan online dengan tiket asli yang di print di stasiun. Jadi saya pergi ke Gambir.
waktu sampai disana loket-loket pembelian penuh semua. Saya tanya satpam disana dimana loket tempat untuk print tiket. Pak satpam menunjukan satu sudut tempat adanya 3 layar touch screen dan 3 buah printer.
Mesin cetak tiket mandiri

Ternyata itu adalah tempat untuk print tiket sendiri.
Wooowww... kaget juga sekarang udah secanggih ini, jadi kita tinggal memasukan kode pembayaran atau kode booking ke layar, dan langsung bisa print sendiri tanpa perlu mengantri ke loket tiket seperti dulu.

Friday, May 2, 2014

Naik ke gunung Sindoro dari Jakarta

Naik gunung lagi….
Huaaaaa.... dalam 1 bulan terakhir udah naik ke 2 gunung berbeda, bukan berarti saya udah ketagihan naik gunung, tapi memang lagi ga ada kerjaan aja kayanya Hahahaaa...
Saking pengen kaburnya dari Jakarta, tiap ada ajakan jalan keluar Jakarta pasti saya terima.

Kali ini Gunung Sindoro tujuannya. Gunung dengan tinggi 3153 MDPL yang berada di dekat Wonosobo dan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Biasanya para pendaki melakukan hiking ke 3 S yaitu gunung Sindoro, gunung Sumbing dan gunung Slamet, karena jaraknya yang tidak terlalu berjauhan.

Rombongan kami berangkat dari kampung rambutan jam 8 malam, menggunakan bus Sinar Jaya. Awalnya semua berjalan lancar seperti biasa, saya pun sempat tertidur karena perjalanan malam, sampai saya terbangun kaget oleh suara orang marah-marah dan gedoran di depan bus kami. Semua penumpang satu persatu mulai bangun. Saya sempat mendengar suara kaca pecah dari arah depan bus. Saat itu kami sedang berada di daerah Ciasem, ternyata ada preman yang marah-marah karena tidak diberi uang 2ribu rupiah saja, oleh salah satu penumpang yang dikira preman adalah  kenek bus kami. Si preman sampai masuk ke dalam bus kami mencari orang itu, tapi saat dia tau orang tsb hanya penumpang, akhirnya dia memanggil supir kami keluar, sialnya si supir kena tonjok 2 kali oleh preman yang kesal itu. Tapi akhirnya mereka mengijinkan bus kami pergi.

Untungnya setelah kejadian di Ciasem itu, tidak ada kejadian aneh-aneh lainnya. Hanya saja karena macet parah di jalur pantura, bus yang awalnya kami prediksi akan sampai jam 6 pagi, molor hingga jam 11.30 siang kami baru sampai terminal Wonosobo. Setelah bersih-bersih, salat dan makan siang, kami melanjutkan perjalanan jam 1 siang ke basecamp di Kledung. Dari basecamp kami naik truck kol buntung hingga batas ladang penduduk. Dari sana kami jalan hingga ke pos 1, jalanan awalnya masih terasa normal. Dari pos 1 ke pos 2, trek yang di lewati semakin berasa berat karena jalanan mulai berbatu, selain itu kami mendaki pada saat hujan.  Hari itu tujuan kami adalah berkemah di pos 3.
Tapi sebagai pemula dalam dunia pendakian, menurut saya trek ke Sindoro ini cukup berat. Selain banyaknya batu-batu besar dan jalanan yang terjal, memerlukan extra hati-hati saat pendakiannya. Saya sampai ke pos 3 setelah maghrib. Dan yang membuat takjub adalah dari pos 3 saya masih bisa mendapat sinyal handphone. Jarang-jarang kan di gunung bisa dapat sinyal HP heheheee... Selama pendakian, saat sedang beristirahat, saya dan teman-teman sering mematikan head lamp kami hanya untuk menikmati city light di kejauhan di bawah kaki gunung yang di apit antara gunung sindoro dan gunung sumbing.
Gunung sumbing berhadapan langsung dengan gunung Sindoro
Sesampainya di pos 3, kami langsung buka tenda, makan malam dan tidur. Keesokan paginya, jam 3.30 pagi kami udah mulai pendakian lagi ke puncak. Sebelum ke puncak kami akan melewati 1 pos lagi yaitu pos 4. Jika sebelumnya saya mengira bahwa perjalanan ke pos 3 udah berat, ternyata saya salah, perjalanan ke pos 4 jauh lebih berat. Sepertinya tingkat kesulitan dari tiap pos di Gunung sindoro ini semakin meningkat.
pemandangan sebelum matahari terbit
Banyaknya batu-batu besar, membuat saya berasa sedang rock climbing, trek nya benar-benar menguras energy dan konsentrasi. Karena jika tidak bisa celaka dengan banyaknya batu-batu yang licin. Pagi itu sayangnya kabut cukup tebal, matahari belum terlihat juga. Tapi pemandangan menuju ke puncak juga tidak membuat kecewa. Akhirnya kami sampai menuju puncak setelah 3 jam pendakian dengan banyak diselingi berhenti untuk menunggu teman-teman yang lain. 
Benar-benar berada di atas awan
Di puncak gunung, terdapat sebuah kawah yang masih aktif. Sebenarnya dilarang untuk turun ke kawah itu, tapi tetap saja ada yang nekad turun, padahal menurut orang-orang di basecamp, awal tahun ada 2 orang meninggal keracunan di kawah itu.
Kawah Sindoro yang masih sering mengeluarkan gas beracun
Perjalanan naik ke puncak memang berat, tapi perjalanan turunnya juga tidak kalah berat. Selain oksigen yang menipis, membuat badan cepat capek, batu-batu yang terjal juga memperlambat proses turun, karena harus extra hati-hati. Pada saat turun ini juga kabut udah mulai tebal, jadi kami berusaha tidak terlalu berpencar dengan teman yang lain karena jarak pandang yang tertutup kabut.

Info tambahan, gunung sindoro ini tidak memiliki sumber air di atasnya, jadi harus irit-irit air minum. Untungnya waktu pendakian ke puncak, masih banyak daun-daun yang berembun, jadi bisa diminum airnya. Lumayan lah untuk penghilang haus.

Kami beres-beres tenda dan jalan turun ke bawah jam 3 sore. Lagi-lagi hujan turun deras saat kami turun. Untungnya kami semua bisa berhasil sampai kebawah dengan selamat. Saya dan teman-teman sampai di basecamp jam 6 sore. Dan ternyata bus terakhir ke Jakarta adalah jam 5 sore, yang artinya kami tidak bisa pulang ke Jakarta malam itu menggunakan bus T_T hiks.. hikss...


Akhirnya dengan bantuan teman-teman di basecamp kami dibantu mencari elf untuk di carter mengantar kami ke Jakarta. Akhirnya setelah lama menunggu, Elf kami tiba di basecamp dan kami pun berangkat pulang ke Jakarta jam 11 malam dari basecamp, dan karena jalur selatan macet parah, kami dialihkan menuju jalur pantura yang juga ternyata macet parah. Kami semua tiba di kampung rambutan jam 12 siang.

Over all, perjalanan kali ini benar-benar memperkaya pengalaman saya. Selain main ke pantai atau ke kota-kota lain di dalam atau luar negeri, kali ini mencoba pengalaman naik gunung dengan segala macam ceritanya.

Mencoba Merasakan makan Di sangkar Burung, Dusun Bambu

Pulang ke Bandung, saya tidak pernah merasa bosan, karena selalu ada saja hal-hal baru yang bisa di explore. Salah satunya beberapa minggu yang lalu saya diajak ke Dusun Bambu Leisure Park yang berlokasi di jalan Kolonel Masturi KM 11. Awalnya saya pikir, tempat ini hanya akan berupa tempat makan keluarga seperti tempat makan lainnya, tapi bukan Bandung namanya kalau tidak kreatif. Dusun bambu dibuat bernuansa tradisional Sunda. Begitu kita turun dari parkiran, mata kita akan langsung bisa melihat hamparan sawah, dan bebek-bebek,  lengkap dengan saung di atas sawah.

Untuk sampai ke restonya, disediakan kendaraan sejenis tuktuk di Thailand, namun yang ini dihiasi dengan kertas warna warni. Restonya sendiri terbagi 2 macam, ada yang berbentuk buffet dan ada yang biasa saja (non-buffet).
Kendaraan dari tempat parkir ke Resto
Dari 2 macam resto ini pemandangan yang di sajikan juga berbeda, jika di dalam resto buffet yang bernama Cafe Burangrang kita bisa melihat pemandangan rumah-rumah di pinggir danau yang di beri nama saung purbasari, juga ada live music yang mengapung dari atas danau. Sedangkan untuk resto non-buffet pemandangan yang bisa kita lihat adalah hutan-hutan dan pegunungan.
tempat makan berbentuk sarang burung

Hal unik lainnya adalah jika kita ingin memesan makanan non-buffet, kita harus menukarkan uang kita dengan uang-uangan yang telah disediakan disana, mirip dengan uang monopoli. Dan ada juga area dimana tempat makannya berbentuk sarang burung, sehingga kita bisa merasakan menikmati makanan dari dalam sangkar burung dengan pemandangan pegunungan. Di web resminya, tempat makan berbentuk sarang burung ini disebut lutung kasarung, mengambil nama dari salah satu cerita rakyat Sunda.
Saung Purbasari

Cafe Burangrang
Untuk anak-anak yang ingin bermain juga terdapat wahana bermain untuk panah, dan becak-becak mini.

Kisaran harga, masih wajar dan tidak terlalu mahal. Tempat ini buka dari jam 10 pagi sampai 10 malam.