Sunday, September 18, 2016

The underrated beauty of West Sumatra

Kecantikan yang diremehkan, menggambarkan apa yang saya pikirkan setelah kunjungan saya di Padang selama 1 minggu. Selama ini yang saya tahu mengenai lokasi wisata di Padang sangat amat terbatas, seperti Jam gadang dan bukit tinggi. Tapi ternyata masih banyaaaaaaaaak sekali lokasi-lokasi lainnya yang sangat patut untuk di kunjungi.
Saya tiba di Padang pada malam hari, kebetulan berkesempatan menginap di salah satu hotel yang letaknya menghadap langsung ke samudra Hindia. Begitu sampai saya langsung mencari kuliner sekitar hotel. Banyak tempat makan seafood disini karena lokasinya yang dekat dengan laut. Saya dan keluarga memesan ikan bakar, cumi bakar, udang bakar. Sebagai orang yang tinggal di pulau Jawa, ekspektasi saya menganai seafood yang di bakar adalah seperti ikan bakar dengan bumbu kecap dan di temani cah kangkung sebagai side dish-nya. Tetapi di Padang lain lagi, begitu pesanan saya datang langsung saya tau perbedaanya. Ikan bakar, cumi bakar, udang bakar disini semua menggunakan tambahan olesan santan, dan cabai. Sama seperti kalau kita membeli ayam bakar Padang di warung makan padang. Untuk side dish nya, bukan cah kangkung, melainkan terong yang di balado, daun singkong yang di tumbuk menggunakan santan, dan kemudian ada cocolan sambalnya. Dan rasanya enaaaaaaaaakkkk sekali, seperti ingin nambah terus hahahaa...

Pemandangan dari kamar hotel, langsung menghadap Samudera Hindia
Selama di Padang saya menginap di Lintau, dan sempat semalam di Maninjau. Perjalanan menuju Lintau dari kota Padang memakan waktu sekitar 3 jam lebih. Kalau di Jakarta, perjalanan 3 jam pasti sudah membuat bosan dan stress, tapi disini tidak sama sekali. Jalanannya lancar tanpa macet, pemandangan hijau selalu terpampang di kiri kanan jalan. Selama perjalanan saya perhatikan tidak ada Alfamart maupun Indomart di Padang, yang ternyata memang sengaja di tolak masuk ke Padang agar toko-toko warga tidak tersisihkan. Ini salah satu kearifan lokal yang memang pro rakyat. 

Saya sempat melewati Danau singkarak dalam jalan menuju Lintau, dulu waktu saya masih kecil, saya pernah mengunjungi Danau Singkarak, dan karena luasnya saya mengira kalau itu adalah laut. Sampai juga akhirnya saya di Lintau menjelang Maghrib, karena saat itu sedang bulan Ramadhan, kami pun langsung berbuka puasa. 

Sisa hari berikutnya, saya mengunjungi tempat - tempat yang belum pernah saya kunjungi di Sumatra Barat. 

LEMBAH HARAU

Lokasinya tidak terlalu jauh dari Lintau, dan yang menjadi highlight dari Lembah harau adalah banyaknya air terjun disini. Totalnya ada 7 air terjun yang bisa kita kunjungi, orang lokal menyebutnya sarasah. 
Sayangnya saat saya datang kesana, sedang musim kemarau, sehingga volum air terjunnya tidak terlalu deras. Letak air terjun yang satu dengan yang lainnya bisa di tempuh dengan berjalan kaki. Di spot air terjun kedua, bahkan ada lokasi flying fox untuk anak-anak. saya membayangkan pasti air terjun-air terjun ini sangat indah sekali jika sedang volum airnya tinggi, karena saat volum airnya kurang saja lokasinya sudah bagus.
Tapi yang disayangkan adalah, banyaknya saya temukan sampah di pinggiran lokasi air terjun. Kebanyakan sisa bungkus makanan pengunjung. Masih kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan tempat wisata, menjadi salah satu alasan seringnya tempat wisata menjadi rusak dalam waktu singkat.
Rumah gadang di tengah lembah Harau
Pemandangan serba hijau di lembah harau

KELOK 9

Kelok 9 merupakan jalan yang digunakan untuk menghubungkan Sumatra Barat dengan provinsi Riau. Seperti namanya, jalan ini memiliki 9 kelokan yang di batasi dengan jurang, dan di apit 2 perbukitan yang merupakan cagar alam, yaitu Cagar alam Air putih dan Cagar alam Harau. Di antara kedua bukit ini, terbentang sebuah jembatan megah yang berkelok-kelok hingga 6 tikungan. Jembatan ini merupakan salah satu jembatan dengan arsitektur mengagumkan yang pernah saya lihat. Ditambah lagi dengan pemandangan yang mengelilinginya menambah kesan WOW, dari jembatan ini. Dari sini juga saya baru mengerti kenapa wilayah bukit ini disebut bukit barisan, karena terlihat dengan jelas bukit-bukit berbaris-baris sejauh mata memandang. Benar-benar keindahan alam yang luar biasa.

Kelok 9
Jembatan dengan arsitektur yang memukau

DANAU MANINJAU

Amazing, itu sepertinya kata yang cocok untuk menggambarkan danau Maninjau.  Danau ini merupakan danau terluas kedua setelah danau Singkarak, menghampar dengan indah dengan latar belakang gunung di kejauhan. Sarapan saya yang hanya dengan nasi goreng pagi itu terasa sangat istimewa dengan pemadangan di hadapan saya.
Maninjau juga merupakan kampung halaman dari seorang penulis terkenal Buya Hamka, kita bisa mengunjungi rumah beliau yang kini sudah di jadikan Museum Buya Hamka. Dengan suasana Maninjau yang sangat tentram dan nyaman ini, memang sangat cocok untuk mood menulis hehehee...
Saya berkunjung ke Maninjau karena rumah keluarga suami saya ada di sana, dan beruntungnya rumah ini juga langsung menghadap ke Maninjau, dengan hamparan sawah di depannya.
Beruntung sekali orang-orang yang tinggal di Maninjau, Tuhan sudah menganugerahkan keindahan alam seperti ini dan bisa di nikmati setiap hari.
Masih banyak perwasawahan di sekitar Sumatera barat

KELOK 44 (KELOK AMPEK PULUAH AMPEK)

Kelok 44 atau yang di sebut warga lokal sebagai kelok ampek puluah ampek, adalah jalan yang menghubungkan Maninjau dengan Bukit tinggi. Sesuai namanya, jalan ini memiliki 44 belokan curam, yang di setiap belokannya terdapat nomor yang menunjukan kelokan keberapa. Yang membuat jalan ini terkenal karena jumlah kelokannya yang luar biasa banyak dan juga keindahan pemandangan sekitar kelok 44. Dijamin pusing dan mual akan hilang karena terkagum-kagum dengan pemandangan sepanjang jalan yang kita lewati. Tapi jujur saja, menurut saya orang yang menyetir di kelokan ini harus benar-benar orang yang sudah jago nyetir mobilnya, karena dari belokan yang satu ke belokan selanjutnya, kelokan ini berbelok patah.
Danau Maninjau dilihat dari kelok 44

AMBUN TANAI

Begitu kita keluar dari kelok 44, tidak sampai 30 menit kita akan melewati lokasi Ambun Tanai. Lokasinya berada di jalan yang menanjak, di pinggir jalan. Tempat ini memiliki tower bernama Tugu Pandang yang fungsinya untuk digunakan oleh pengunjung yang ingin melihat Danau Maninjau dari ketinggian. Disini juga terdapat taman dengan banyak aneka bunga-bunga yang menambahkan kesan asri. Selain itu juga terdapat taman bermain anak-anak di sisi lain taman. Lokasi ini masih terbilang baru karena baru ada sejak 2014. Untuk masuk ke tempat ini, kita perlu membayar tiket masuk hanya dengan Rp 3.000 saja.
Pemandangan danau Maninjau dari Ambun Tanai

PUNCAK LAWANG

Tempat ini berada di atas lagi dari kelok 44 sebelum menuju bukit tinggi. Disana kita bisa melihat danau Maninjau dari puncak bukit. Selain itu Puncak Lawang juga digunakan sebagai lokasi untuk olahraga paralayang. Awalnya saya ingin kesana, tapi waktu melihat mobil yang sudah mengular parkir hingga memenuhi jalan menuju puncaknya, saya mengurungkan niat. Mungkin lain kali saja, waktu sedang tidak musim liburan seperti sekarang.

JAM GADANG

Gadang yang dalam bahasa minang berarti besar, menggambarkan dengan tepat jam ini. Jam gadang yang berarti Jam besar. Saya dulu berpikir keberadaan jam gadang ini sama seperti Big Ben di Inggris, versi lokalnya. Jam gadang berada di Bukit Tinggi, dan selalu ramai oleh wisatawan. Lokasinya yang berada di pusat kota dan dekat pasar Ateh menyebabkan suasananya selalu padat. Di sekitarnya banyak terdapat toko-toko yang menjual cendramata, cd minang, dan makanan khas minang.
Ini adalah kali kedua saya ke bukit tingi dan mengunjungi Jam Gadang. Jam yang sudah di bangun sejak jaman Belanda ini masih terawat dengan baik. Biasanya kalau ke Padang, orang-orang wajib untuk datang kesini, karena jam gadang salah satu trademark dari kota Padang.
Jam Gadang di Bukit tinggi

Selain tempat - tempat diatas juga masih banyak sekali tempat indah lainnya yang perlu dikunjungi, sayangnya waktu saya singkat sehingga belum bisa mengunjungi semuanya.

Untuk penyuka pantai, 

kalian bisa datang ke pulau Suwarnadwipa, Pulau Sikuai, Pulau Pandan, Pulau Pisang, Pulau Sibunta dan Pulau Sawo.

Untuk tempat non-pantai, 

kalian bisa mengunjungi Istana Pagaruyuang di Batusangkar,  Goa Jepang di Bukit Tinggi, Danau Singkarak di antara Padang Panjang dan Solok, Batu malin kundang di pantai air manis, dan yang saya belum sempat kunjungi tapi ingin sekali saya lihat yaitu Danau Atas Bawah, danau yang terletak di ketinggian bukit yang berbeda sehingga terlihat seperti ada dua danau di atas dan di bawah.

Semoga lain kali saya bisa berkesempatan untuk mengunjungi tempat -tempat wisata lainnya di Sumatra barat. 

Happy travels pals !!


No comments:

Post a Comment