29 Juni 2013
Tiap mau weekend, pasti bingung mau ngapain. Pilihan paling sering itu biasanya pulang keBandung . Tapi berhubung baru minggu kemarin
saya ke Bandung , jadi minggu ini rencananya mau
di Jakarta aja.
Kebetulan dapat ajakan dari temen saya yang ngajak untuk ikut 1 day trip ke 3
pulau di kepulauan 1000. Trip ini lebih ke tema jalan-jalan sejarah, dengan
mengunjungi 3 pulau yang memiliki bangunan – bangunan peninggalan sejarah. 3
pulau yang akan saya kunjungi itu adalah pulau Kelor, pulau Cipir, dan pulau
Onrust. Yang bikin saya mau ikut trip ini selain karena saya memang suka
jalan-jalan ke tempat sejarah, faktor lainnya adalah harga yang ditawarkan
cukup murah yaitu hanya 99ribu aja.
Tiap mau weekend, pasti bingung mau ngapain. Pilihan paling sering itu biasanya pulang ke
Meeting point waktu itu adalah di
Muara Kamal, saya pergi bersama dengan 3 orang teman saya yang lain.
Sesampainya saya di muara Kamal, saya bertemu dengan anggota kelompok lainnya
yang juga akan pergi mengikuti trip ini. Jam 8 kami berangkat menggunakan kapal
penyebrangan. Sangat di sayangkan keadaan perairan di Muara Kamal yang hitam
dan banyak sampah. Tetapi semakin jauh ke tengah air semakin jernih dan berwana
hijau, tetapi sayangnya tetap saja saya melihat ada satu-dua sampah dari
bungkus makanan (snack).
PULAU KELOR
Dari Muara Kamal ke Pulau Kelor
hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Begitu mendekati pulau Kelor, hal pertama
yang paling terlihat adalah bangunan seperti benteng yang sebagian bangunannya
mulai runtuh. Walaupun sebagian bangunannya sudah hancur, tapi tetap saja
bangunan ini terlihat mengagumkan. Benteng ini bernama Benteng Martello.
Reruntuhan Benteng di pulau Kelor langsung terlihat begitu kapal mendekat |
Ukuran
pulau ini cukup kecil, karena itu warga menyebutnya pulau Kelor seperti daun
kelor yang juga tidak lebar. Luas pulau ini kurang dari 2 hektar, sehingga
untuk berkeliling hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Tapi tentunya untuk
melihat-lihat reruntuhan benteng ini bisa jadi waktu yang dihabiskan lebih dari
15 menit.
Pemandangan laut terlihat dari dalam benteng |
Di
sebagian pinggiran pantai banyak terdapat beton pemecah ombak, untuk mengurangi
abrasi. Saya juga melihat reruntuhan dinding bata yang sudah runtuh ke sisi
pantai. Dinding – dinding bata ini adalah dinding dari benteng, sedangkan
bagian benteng yang saat ini masih terlihat berdiri sebenarnya adalah bagian
dalah dari benteng itu sendiri. Jadi bentuk asli dari benteng ini sebenarnya
jauh lebih besar dari bentuk yang bisa dilihat saat ini. Tapi karena abrasi
terus menerus akhirnya benteng bagian luarnya pun runtuh.
Benteng Martello |
PULAU CIPIR (PULAU KHAYANGAN)
Setelah puas melihat-lihat pulau
Kelor, pulau selanjutnya yang saya datangi adalah Pulau Cipir (Pulau
Khayangan). Pulau ini pada jaman Belanda dulu digunakan sebagai tempat
karantina dan rumah sakit bagi jemaah haji. Seluruh calon jemaah haji dari
seluruh Indonesia
akan dikumpulkan terlebih dahulu di pulau ini untuk menjalani pemeriksaan
kesehatan. Dan jangan lupa bahwa pada waktu itu untuk pergi haji, calon jemaah
tidak menggunakan pesawat, akan tetapi menggunakan kapal laut yang memakan
waktu berbulan-bulan.
Artileri peninggalan Belanda |
Setelah mereka selesai pulang
dari ibadah haji, mereka harus kembali dikarantina di pulau ini. Selain untuk
di cek kondisi kesehatannya juga sebenarnya ada maksud lain dari pemerintah
Belanda. Belanda khawatir dengan gerakan Islam di Arab akan berpengaruh kepada
para Haji ini sehingga ajan memberontak Belanda sepulangnya dari ibadah haji.
Ternyata dari sini juga asal mulanya gelar haji diberikan pada orang-orang yang
telah menunaikan ibadah haji. Gelar haji hanya ada di Indonesia, karena waktu
dulu orang-orang yang sudah kembali dari ibadah haji dan di karantina oleh
pemerintah Belanda, akan diberikan gelar haji itu.
Reruntuhan bekas rumah sakit calon haji |
Saat saya berkeliling pulau ini,
sebagian besar adalah reruntuhan bangunan beton dikelilingi pepohonan rimbun.
Berbeda dengan pulau Kelor yang tidak terlihat kehidupan selain manusia yang
datang untuk melihat-lihat, di pulau Cipir banyak terdapat kucing dan ayam,
bahkan ada seekor monyet. Saya jadi penasaran kapan kucing dan ayam pertama
tiba di Pulau itu dan siapa yang membawanya hehehee…
Di salah satu ujungnya terdapat
sebuah jembatan yang sudah runtuh, dulunya jembatan itu menghubungkan Pulau
Cipir dengan Pulau Onrust. Di salah satu bagian bangunan yang sudah runtuh,,
terdapat kamar dengan jendela menghadap pantai. Saya membayangkan jaman dulu
waktu keadaan bangunan itu masih bagus, mungkin orang yang menempati kamar itu
tiap bangun tidur pemandangannya enak bisa langsung lihat laut.
Di pulau cipir terdapat 1 warung,
dan juga terdapat toilet. Jadi lumayan untuk makan siang bisa beli di warung
itu.
PULAU ONRUST
Setelah selesai berkeliling pulau
Cipir, saya menuju pulau terakhir yaitu Pulau Onrust. Onrust diambil dari
bahasa belanda yang berarti tidak pernah beristirahat, atau dalam bahasa
inggrisnya Unrest. Jaman Belanda dulu, masyarakat sekitar juga menyebutnya
sebagai pulau Kapal, karena seringnya kapal-kapal datang ke pulau ini.
Dulunya pulau ini menjadi markas
Belanda sebelum berhasil mengambil alih Jakarta .
Tapi kemudian pulau ini juga dijadikan sebagai asrama haji sebelum
diberangkatkan ke Arab, agar mereka mampu beradaptasi dengan udara laut.
Menurut guide, pulau Onrust pada jamannya sangat terkenal, mungkin seperti Bali versi colonial Belanda.
Pulau Onrust saat ini 85%nya
mungkin hanya berupa puing-puing bangunan. Masih menurut guide yang mengantar
saya berkeliling di Pulau Onrust, bangunan-bangunan di pulau ini rusak akibat
dijarah orang warga sekitar. Mereka mengambil material-material bangunannya,
dan yang tersisa saat ini adalah material-material yang tidak terpakai. Jaman dulu bentuk barak berbentuk seperti rumah panggung dengan pancang di bawahnya, saat ini hanya tinggal pancang betonnya saja yang masih terlihat.
Sisa reruntuhan tempat karantina Haji |
Yang
unik dari tata bangunan di pulau ini adalah adanya yang disebut pagar anti
tikus. Pagar anti tikus ini berupa beton yang di tanam ke bawah tanah untuk
menghindari tikus masuk rumah dengan cara menggali tanah, dan dibagian atas
beton ini di pagari. Hal ini dilakukan karena dulu pernah terjadi wabah tikus
di pulau ini hingga menewaskan warga disana. Tapi saat ini yang terlihat hanya
bagian betonnya saja.
Sisa pagar anti tikus |
Pulau onrust mungkin adalah
museum terbuka terbesar di Indonesia ,
dan satu – satunya pulau sejarah yang juga digunakan sebagai museum. Di salah
sau bangunan yang masih berdiri, dan saat ini digunakan untuk menyimpan sisa –
sisa jaman Belanda dulu, kita bisa melihat boomerang, maket tata kota pulau
Onrust, dan maket kondisi kota setelah terkena letusan Gunung Krakatau.
Maket tata kota di Pulau Onrust |
Maket keadaan kota di Pulau Onrust setelah terkena letusan Krakatau |
Juga
ada beberapa foto masa lalu dari Pulau Onrust. Bangunan penjara juga masih bisa
dilihat disini, dan ada satu bagian melingkar seperti kolam ikan di ruangan
terbuka yang ternyata dulu fingsinya adalah untuk arena bertarung para tahanan.
Jadi sama seperti yang terjadi di jaman gladiator dimana tahanan di adu untuk
saling berkelahi hingga mati.
Area bertarung untuk para tahanan |
Ternyata di pulau ini terdapat
lorong bawah tanah, yang gosipnya lorong ini terhubung hingga pulau Kelor dan
ada juga gossip yang bilang bahwa di bawah itu terdapat emas yang ditimbun.
Tapi sayangnya jalan menuju lorong itu sudah ditutup demi alasan keselamatan.
Disini juga terdapat beberapa
komplek kuburan, ada bagian kuburan pribumi yang dulunya dalah pemberontak pribumi
yang akan melawan Belanda menggunakan kapal Zeven Provincien pada tahun 1933.
Mereka memberontak karena tidak adilnya sistem penggajian oleh pemerintah
Belanda, dimana pribumi diberikan gaji lebih rendah dibandingkan orang Belanda
dan orang Cina. Selain itu juga makam pribumi ini digunakan untuk para calon
haji yang meninggal di pulau ini. Selain komplek pemakaman pribumi, ada juga
komplek makan khusus orang Belanda. Jika orang yang meinggal adalah orang
dengan strata tinggi, maka diatas kuburannya akan ditutup dengan batu alam.
Batu alam di atas makam Maria dengan ukiran puisi dalam bahasa Belanda |
Dan yang agak membuat saya kaget
ternyata di pulau Onrust ini adalah lokasi makam dari Kartosuwiryo.
Kartosuwiryo adalah kepala pemberontakan DI/TII atau saat ini dikenal dengan
NII, yang ingin membuat Indonesia
menjadi negara Islam.
Dibanding dengan 2 pulau
sebelumnya, berkeliling pulau Onrust ini lumayan bikin cape juga ternyata.
Untungnya disini terdapat beberapa warung bambu bahkan ada musola dan toiletnya
juga. Perjalanan selesai setelah jam 3 sore, dan kami kembali ke kapal untuk
menuju Muara Kamal, kembali ke pulau Jawa. Ternyata lokasi ketiga pulau ini
tidak jauh dari Jakarta , bahkan saat di pulau
Onrust, saya bisa melihat gedung-gedung tinggi yang sedang dibangun di Jakarta .
Over all, perjalanan hari ini
bener-bener engga rugi. Dari pada ngabisin weekend di Jakarta pergi ke mall,
ngabisin duit buat belanja, mending jalan-jalan sambil mengenal sejarah negara
sendiri kan
hehehee…