Monday, November 11, 2013

Jalan-jalan dari Singapore ke Malaysia (3 hari - 2 malam)

Sabtu, 5 October 2013

Jalan-jalan kali ini saya pergi bersama 2 orang teman saya. Jam 6 pagi kami sudah check in untuk keberangkatan dari Jakarta menuju Singapore. Sesampainya di Singapore saya menemani 2 teman saya yang mau membeli tiket harian MRT. Dan ternyata waktu sampai di tempat pembelian tiket antriannya panjang banget, kami menghabiskan waktu hampir 1 jam untuk mendapat tiket MRT. Kebanyakan yang mengantri adalah turis – turis dari Indonesia juga. Setelah tiket didapat, kami langsung menuju Raffles Place St. dari sana kita tinggal mengambil Exit H untuk berjalan kaki ke Merlion dan Esplenade. Setelah puas foto-foto di sana, kami lanjut menuju Concorde Hotel. Karena kami ingin ikut menaiki bus gratis yang menuju ke arah Sentosa Resort untuk masuk Universal Studio Singapore (USS). Begitu keluar dari stasiun MRT kami tidak langsung menemukan Concorde Hotel ini, kami sempat bertanya ke beberapa orang sebelum akhirnya menemukan hotelnya.
Patung Merlion
Bus gratis ini kedatangannya setiap 30 menit sekali. Sayangnya saat kami sampai di persimpangan Concorde Hotel, bus nya baru saja berangkat yang artinya kami harus menunggu 30 menit lagi. Karena saya sudah keburu ada janji dengan teman lainnya di USS, jadi akhirnya kami memutuskan untuk naik taxi bertiga dari sana menuju USS. Untungnya harganya tidak terlalu mahal hanya SGD 8.5 dan itu pun kami bagi bertiga jadi masing-masing membayar sekitar SGD 2.8.
Sesampainya di parkiran basement Sentosa Resort, kami segera mencari loket penukaran tiket yang sebelumnya sudah kami pesan dari Indonesia supaya dapat harga yang lebih murah. Untuk menuju ke pintu masuk USS kita tinggal menaiki escalator saja ke atas. Kalau ke USS kayanya belum lengkap kalau belum foto di depan Globe besar bertulisan Universal.
Replika Transformer
Replika penjaga Pyramid
 Selama berkeliling di dalam USS dan mencoba permainan, yang menjadi favorite saya adalah Transformer dimana kita seperti sedang menaiki bumble bee, dan mobil kita di angkat, lalu di banting, pokoknya belum ada taman bermain dengan efek seperti ini di Indonesia. Selain itu juga ada tempat yang menunjukan bagaimana special efek di Studio Universal. Waktu itu kami diberi kesempatan untuk merasakan bagaimana jika film tentang badai dengan setting New York dilakukan di dalam studio Universal. Ternyata efek api yang ada adalah api sungguhan selain itu juga pencahaayan, angin dan semua barang yang berjatuhan membuat keadaan yang kami rasakan benar-benar seperti di tengah badai sungguhan. Di dalam paket tiket USS tedapat juga kupon makan siang sebesar SGD 10, jadi kami tidak keluar uang makan lagi.

Kami keluar dari USS pada jam 6.30 sore dan untuk kemudian melanjutkan ke Bugis Street. Karena sudah mulai capek, kami sepakat untuk menuju bugis street dengan taxi, tidak mecari bus gratis lagi. Sebelumnya saya mengecek terlebih dulu perkiraan biaya untuk taxi dari USS ke Bugis street dengan menggunakan web gothere.sg

Surprisingly, pengemudi taxi yang saya gunakan menuju Bugis Street adalah orang Indonesia. Dulunya Bapak ini adalah seorang dosen di perguruan tinggi swasta di Jogja. Namun karena pada jaman orde baru Bapak ini termasuk yang vocal dalam menentang orde baru  dan setelah kerusuhan tahun 1998, akhirnya memutuskan untuk pindah ke Singapore. Karena Singapore tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Indonesia, maka Bapak ini merasa aman untuk tinggal di Singapore.

Akhirnya saya dan kedua teman saya sampai di Bugis Street. Disini adalah salah satu pusat belanja oleh-oleh murah di Singapore selain China Town. Selesai dari Bugis Junction kami menuju Masjid Sultan di kasawan Arab Street. Tepat di sebrangnya terdapat tempat makan yang menghidangkan masakan khas arab. Saya memesan Nasi Beriyani yang ternyata porsinya sangat besar, bisa dimakan untuk berdua. Kami juga sempat masuk dan salat di Masjid Sultan.

Dari Masjid Agung, kami berjalan kaki menuju pool bus yang akan kami tumpangi ke Malaysia. Pool busnya berada di Keypoint, dan bus akan berangkat jam 12 malam.

Minggu, 6 October 2013

Baru aja saya mau tidur, kami dibangunkan karena kami harus turun di imigrasi Singapore, kami hanya butuh turun membawa passport saja, dan beberapa jam kemudian kami sudah harus turun bus lagi untuk melapor di imigrasi Malaysia, kali ini semua barang kami harus dibawa karena akan di scna semua bawaan kita. Jam 4 pagi kami diturunkan di sebuah tempat jalan tun perak untuk selanjutnya menunggu bus menuju KLIA dan LCCT. Awalnya saya pikir bus yang saya tumpangi ini akan langsung turun di LCCT ternyata tidak. Lumayan lama sih saya tunggu bus disana, jam 5 baru bus terusan kami datang. Pemberhentian pertama bus berhenti di KLIA, dan ternyata untuk sampai ke LCCT dari KLIA lumayan lama juga karena jalan yang memutar. Akhirnya kami sampai di LCCT jam 6 pagi.

Di LCCT kita naik aerobus ke KL sentral, tiket bisa langsung dibeli di depan bus, harganya RM 8. Aerobus ini ada setiap 15 menit. Rencana awal kami adalah beli tiket PP ke Genting highlands untuk jam 12 siang, lalu setelah dapat tiket, kami akan langsung ke batu cave untuk kemudian kembali lagi ke KL sentral jam setengah 12 untuk naik bus ke genting highlands.
Harga tiket ke Genting & Jadwal keberangkatan
Tapi ternyata begitu sampai di loket tiket, petugasnya memberi tau bahwa jika kami ingin memesan tiket untuk jam 12 maka kami harus datang jam 11 atau setengah 12, karena tiket yang saat itu dijual adalah tiket bus yang siap berangkat. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli tiket sepulangnya dari Batu Cave.
Sebelumnya kami pergi ke penitipan barang untuk backpack kami, karena kami baru akan check in ke hostel sepulangnya dari Genting highlands. Kami menggunakan 1 locker untuk menyimpan 3 backpack kami, ternyata muat, harganya RM 10 untuk sampai jam 12 malam.

Perjalanan ke Batu Caves menggunakan KMT cuma RM1, perjalanan 30 menit untuk sampai kesana. Yang paling mencolok begitu sampai di Batu Caves adalah patung besar Hanoman. Tidak jauh dari sana ada patung Murugan yang hampir setinggi bukit Batu Cave. Didepannya terdapat sebuah lapangan yang banyak sekali merpati seperti yang sering ada di lapangan eropa.
Patung Dewa Murugan, hampir setengah tinggi bukit
Untuk sampai ke Goa dia atas bukit, kita harus menaiki ratusan anak tangga. Sepanjang anak tangga itu kita bisa berpapasan dengan monyet-monyet yang mencari makan. Sebetulnya setelah sampai di Goa yang pertama kita masih bisa naik lagi ke atas untuk melihat goa yang lebih tinggi. Disana bisa dilihat pemandangan ceruk tebing yang tinggi sekali, dengan dasarnya adalah kuil-kuil hindu.
Masih ada tanjakan ke atas lagi dari dalam Goa
Setelah puas melihat-lihat batu caves, kami kembali ke KL sentral. Kami sampai di KL sentral jam 11.40, dan ternyata sudah tidak ada lagi tiket PP untuk ke GENTING HINGLANDS. Tiket PP hanya ada sampai untuk jam keberangkatan jam 12. Dan kami mendapat jam keberangkatan 12.30, yang ada hanya tiket one way + tiket sky train untuk PP harganya RM 10,3

Miniatur Menara Eiffel di Genting
 Genting Highland ini mirip seperti Sentosa Island di Singapore, karena keduanya dimiliki oleh pengembang yang sama. Keduanya sama-sama memiliki Casino, hotel, dan amusement park. Bedanya Genting highlands ini berada di lokasi yang tinggi sekali. Untuk menuju kesana kita harus naik sky train, saking tingginya begitu kita akan sampai di Genting Highlands, kereta gantung kami sempat tertutup kabut dan bergoyang-goyang karena anginnya cukup kencang semakin tinggi kami naik.

Sebetulnya Genting highlands ini terdiri dari outdoor park dan indoor park. Tapi menurut info yang saya dapat di dekat tempat penjualan tiket, area outdoor sudah tutup 2 tahun lalu. Kebanyakan area permainan di Indoor lebih cocok untuk anak-anak. Saya Cuma masuk ke bagian snow world, untuk masuk kesini bayar lagi sebesar RM 30, sayangnya tidak diperbolehkan membawa kamera kedalam sini. Kalau mau di foto, harus bayar RM50, tapi tetep sih sempat kita curi-curi foto pakai HP juga hehehee…
Snow World Genting Highlands
Kami makan siang di KFC, karena MCD disini tidak menyediakan nasi, maklum orang Indonesia kalau belum nemu nasi rasanya belum makan. Tapi ternyata di KFC juga nasi yang disediakan bukan nasi putih biasa, tapi nasi lemak. Jadi agak aneh juga sih campur-campur rasanya di lidah.

Untuk kembali ke KL sentral kami harus membeli tiket express bus sehaga RM4.3 menuju ke KL sentral. Kami pesan dari jam 5 sore, tapi ternyata dapat tiket untuk jam 6 karena jam 5.30 sore sudah penuh. Begitu sampai di KL sentral kami langsung mengambil semua barang di locker dan menuju ke Hostel di daerah Bukit Bintang. Kami check in jam 8 malam, dan karena kesalahan pihak hostel, ruang dorm yang kami pesan ternyata sudah di ambil orang dan akhirnya kami malah diberi room Family, tanpa tambahan biaya. Yayyyyy !!!! Dapat upgrade room gratis hehehheee… Hostel yang kami tempati itu namanya Sunshine bedz, recommended banget pokoknya, orang-orang yang jaga semua ramah, dan lokasinya strategis.
Akhirnya sempet foto dulu di depan Menara Petronas
Jam 9 malam kami lanjut lagi jalan ke menara kembar petronas. Seetulnya masih ada 1 lokasi lagi yang mau kami datangi yaitu Petaling street karena disana banyak yang mebjual berbagai macam souvenir dan makanan. Kami naik KMT jam 10.29 dan sampai di Petaling jam 11 kurang. Tapi begitu sampai di stasiun Petaling, kami kaget, karena suananya sepiii banget. Tidak terlihat ada pasar atau keramaian, mana KMT terakhir jam 11 malam, jadi sudah pasti kami tidak bisa kembali ke KL sentral menggunakan KMT. Stasiunnya juga seperti sudah tutup. Akhirnya kami bertanya ke seorang perempuan yang turun bersama kami, kami bilang kita mau ke petaling street yang ada pasar malamnya dan jual berbagai macam souvenir.

 Setelah perempuan ini menjelaskan, ternyata kami salah naik jurusan, petaling yang kami cari itu lokasinya di dekat China Town dan pasar seni, bukan di stasiun Petaling. Cuma namanya memang sama, hadeuuhhh nyasar deh -____- Karena lokasinya yang jauh, dan KMT sudah tidak ada, perempuan ini memeberi kami tumpangan dampai ke shuttle bus terdekat. Jadi kami naik mobilnya bersama suami dan 2 anaknya yang masih kecil. Mobilnya juga cukup kecil, mirip sedan kotak sabun, tapi mereka baik sekali masih mau memberi tumpangan kempada kami bertiga. Malah si suami istri ini memberi nomor telpon mereka, dan bilang kalau sampai jam 12 malam tidak dapat juga bus, kami disuruh telpon mereka dan mereka akan jemput untuk antar ke hostel kami. Baiikkkkkk banget….. FYI, bus di Malaysia itu Cuma da sampai jam 12 malam.

Akhirnya bus datang juga, semua pemberhentian terakhir bus itu adalah di Pasar seni. Dari pasar seni kami naik taxi ke Bukit Bintang, awalnya supir minta RM 15, tapi saya tawar RM10, untung supirnya mau. Selama perjalanan supirnya tanya-tanya kami sudah kemana saja, lalu dia memberi brosur Bird park, dia juga memberikan kartu namanya, dia bilang kalau ke Malaysia lagi nanti telpon saja kalau butuh taxi untuk mengantar keliling-keliling.

Senin, 7 October 2013

Hari terakhir di KL di awali dengan kami bertiga terkunci diluar kamar jam 5 pagi, gara-gara waktu kami semua pergi mandi salah satu teman saya lupa bahwa kunci masih di dalam dan dia mengunci pintunya dari luar. Untung resepsionis di hostel kami 24 jam dan dia membantu membukakan kamar kami dengan kunci cadangan.
Rute GOKL
Jam 6.15 kami sudah berlarian ke shuttle bus GOKL karena ternyata kami salah menunggu di halte bus untuk bus biasa. Untung jaraknya tdak jauh dari hostel kami. Bus GOKL ini adalah bus gratis yang berkeliling Malaysia, datang tiap 15 menit sekali. Kami turun di terminal akhir pasar seni, untuk menuju ke Masjid Jamek. Kami juga sempat melihat Stasiun tertua di Kuala Lumpur. 
Salah satu stasiun Tertua di KL, dibangun tahun 1910
Selama berkeliling itu kami sempat bertanya kepada beberapa orang untuk arah ke Masjid Jamek. Dari  tiap orang yang kami temui mereka pasti selalu mengingatkan untuk berhati-hati pada jambret dan copet. Bahkan ada bapak-bapak yang mengingatan untuk tidak keluar sebelum jam 6 pagi, karena tidak aman.
Masjid Jamek
Tidak jauh dari Masjid Jamek, kami akhirnya menemukan Petaling / China Town yang semalam kita cari sampai nyasar hahahahaa… Tapi karena kita kesana masih pagi, jadi baru ada 2 tempat pinggir jalan saja yang buka, mereka menjual baju-baju yang biasa dibeli untuk oleh-oleh dari Kuala lumpur. Menurut penjualnya, petaling baru buka jam 11 pagi, dan ramainya di malam hari.
Kami tidak berlama-lama di Petaling karena takut terlambat check in pesawat. Dari Pasar Seni kami naik LRT ke KL sentral, dan lanjut menaiki aerobus untuk menuju ke LCCT. Sayang Tiger Air tidak memiliki sistem check in Online, jadi kami harus datang 2 jam sebelum keberangkatan.
Overall, selama 1,5 hari di Kuala lumpur, sudah hampir semua tujuan wisata kita datangi. Dan sudah hampir semua alat transportasi yang ada kami coba, dari KMT, LRT, Bus, GOKL, Taxi, sampai dapat tebengan dari warga lokal pun kami rasakan heheheeee….

Jam 13.20 kami sampai di Jakarta setelah sejam delay di LCCT karena lapangan penerbangan yang sedang sibuk.

========================================================================

Gambaran pengeluaran & itinerary kami selama trip ini:


========================================================================
NB:
Untuk tau daftar bus yang bisa digunakan dari/ke Singapore - malaysia
http://www.singaporemalaysiabus.com/kuala_lumpur.html

ada Bus gratis untuk ke USS
http://www.jalanjalansingapura.com/free-shuttle-bus-universal-studios-singapore-rute-orchard/

Buat cari rute
http://gothere.sg/maps 

buat pesen KLIA ekspress & cek schedule
http://www.kliaekspres.com/buy-ticket/

Link buat Aerobus
http://www.aerobus.my/Home_en.aspx

Link sejenis gothere.sg buat tau MRT atau LRT di Malaysia
http://www.myrapid.com.my/

link KTM Komuter
http://ktmkomuter.com.my/

Thursday, September 19, 2013

Sehari Keliling Jakarta

30 Juni 2012

Weekend di Jakarta kebanyakan orang memilih pergi ke Mall, yang pasti ga ada seru-serunya. Jadi saya dan teman-teman membuat  acara jalan-jalan keliling daerah Petak Sembilan dan Kota tua Jakarta. Meeting point di  shuttle busway Glodok. Untuk ke daerah Petak Sembilan kami hanya tinggal jalan kaki. Daerah petak Sembilan adalah daerah Pecinan di Jakarta.

Vihara Dharma Bhakti

Tujuan pertama kami adalah ke Vihara Dharma Bhakti, dan untuk sampai kesana kami akan melewati dulu daerah pasar tradisional di kanan kiri jalan. Sebelum sampai ke Vihara, kami isi perut dulu di salah satu kios makanan dekat Vihara. Menu yang ditawarkan juga sangat khas menu daerah Pecinan. Saya memesan bubur  seafood dengan Cakue, sedangkan teman yang lain ada yang memesan Bakao, Ice Lohan Ko ng-Yen, es teh liang. Perut kenyang, siap lanjut jalan lagi, akhirnya kami masuk ke Vihara Dharma Bhakti yang di depannya banyak sekali penjual bunga.

Disini juga bisa diramal. 2 orang teman saya mencoba untuk di ramal disini. Caranya mereka diberi 2 keping kayu seperti kacang seukuran genggaman tangan yang memiliki 2 sisi atas dan bawah. Lalu mereka harus menjatuhkan 2 benda itu bersamaan, jika kedua benda itu jatuh dengan posisi yang sama, maka harus diulang lagi untuk menjatuhkan kedua benda itu, sampai salah satu menghadap atas dan yang lain menghadap bawah. Kemudian jika sudah seperti itu mereka  diberi cangkir dengan banyak kayu sebesar sumpit, cangkir itu harus dikocok hingga jatuh satu batang, jika jatuh lebih dari sebatang, maka harus diulang lagi. Setelah satu batang jatuh, di batang itu terdapat angka, yang kemudian dibawa kepada seorang bapak yang bisa mengartikan. Mereka diberi selembar kertas kecil yang berisi ramalan.

Gereja Santa Maria De Fatima

Selesai dari Vihara Dharma Bhakti, kami melanjutkan menuju Gereja Santa Maria De Fatima. Gereja ini cukup unik, karena arsitektur khas Tionghoa masih sangat kental terlihat disana sini. Dari luar jika dilihat sekilas bangunan ini mirip Vihara, hanya saja yang membedakan adalah di salah satu sisi halamannya terdapat patung Bunda Maria, dan dibaian dalamnya terdapat deretan kursi yang biasa digunakan Jemaah.


Vihara Dharma Jaya Taosebio

Tidak jauh dari Gereja Santa Maria de Fatima, kami mengunjungi Vihara Dharma Jaya Taosebio. Dari bagian depan pintu Vihara terdapat ukiran dewa penjaga pintu di kepercayaan Tinghoa. Begitu masuk aula utama, banyak lampion menggantung di langit-langit vihara. Selain itu banyak lilin – lilin yang dinyalakan di bagian dalamnya. Vihara ini tidak kalah ramai dari vihara sebelumnya.

Setelah selesai berkeliling-keliling, saya penasaran ingin mencoba rujak Shanghai, khas daerah Pecinan.  Setelah tanya orang sana sini di jalanan, akhirnya kami menemukan tempat yang menjual mie shanghai.  Begitu datang, wooww ini toh rujak shanghai. Warna sausnya merah rasanya agak manis asam, ditabur kacang di atasnya. Isi dalamnya ada kangkung dan ubur-ubur yang sudah di rebus. Saya sih kurang suka rasa ubur-uburnya karena agak amis, jadi saya makan kangkungnya saja. Tapi setidaknya sudah tidak penasaran lagi bagaimana rasa dari rujak Shanghai.
Rujak Shanghai

Perjalanan berlanjut ke daerah Fatahilah. Disana ada kota tua, dan museum-museum lainnya.

Museum Bank Mandiri

Dari daerah Glodok kami berjalan kaki ke daerah Fatahilah dan mengunjungi Museum Bank Mandiri. Di bagian pintu depannya ada 2 patung pria mengenakan pakaian jaman Belanda. Museum Bank Mandiri ini memang sengaja mempertahankan nuansa tempo dulu. Di atas loket yang dulu digunakan sebagai loket teller, masih terdapat papan yang menggunakan bahasa Belanda. Bahkan petugas museumnya pun menggunakan baju yang berkesan jaman Belanda.
Bagian depan loket, masih menggunakan bahasa Belanda

Di bagian dalam, masih terdapat ruang kantor seperti jaman dulu dipakai, dan di salah satu ruangan terdapat banyak sekali sempoa di pajang dengan miring memenuhi dinding. Ada juga sebuah buku besar yang tingginya sekitar 2 meter.

Museum Bank Indonesia

Setelah itu kami mengunjungi Museum Bank Indonesia, yang lumayan juga jaraknya. Yang pertama terpikir oleh saya saat memasuki Meseum Bank Indonesia adalah megah, dan modern. Kami dilarang untuk mengambil foto menggunakan Blitz dan dilarang berisik. Museum ini menggambarkan sejarah Bank Indonesia dari masa ke masa. Selain itu juga memperlihatkan bagaimana perjalanan uang di dunia, dan bagaimana para penjelajah dunia menemukan tempat-tempat baru.

Di salah satu bagian terdapat replika dari emas-emas yang disimpan di Bank Indonesia. Wooww seandainya bisa punya emas sebanyak itu pasti enak banget, ga perlu kerja sampai tua.
Di bagian lainnya terdapat foto-foto dari masa ke masa Bank Indonesia, dari saat masih di bawah penjajahan hingga saat ini. Karena itulah di bagian lain terdapat pakaian semasa perjuanagn yang di pajang dan mannequin yang menggambarkan jaman perjuangan dulu.
Replika emas di Museum Bank Indonesia
Saat sudah puas berkeliling dan melihat-lihat Museum Bank Indonesia yang cukup luas, kami pergi ke kota tua. Dan ternyata disana sudah ramai dengan banyak orang yang sedang bermain sepeda ontel, dan foto-foto. Banyak juga yang menjual makanan khas Jakarta seperti kerak telor dan selendang mayang. Karena cuaca hari itu panas sekali, saya memesan es selendang mayang untuk mendinginkan  tenggorokan. Begitu selesai dan sudah puas jajan sana-sini, kami bermaksud untuk mengunjungi  Museum Fatahilah, sayangnya saat itu museum tutup. Tapi untungnya masih ada museum lain yang bisa dikunjungi. Akhirnya kami mengunjungi museum Seni rupa dan Keramik di Jakarta.

Museum Seni Rupa dan Keramik

Dari depan, museum ini tidak tampak seperti museum. Bagian depannya yang memiliki banyak pilar putih lebih cocok sebagai gedung pemerintahan.  Di bagian dalamnya ya seperti museum seni lainnya, penuh dengan lukisan-lukisan, yang sebetulnya saya tidak terlalu mengerti. Tapi kata temen saya yang mengerti seni, gambar disitu mengandung arti yang dalam, berhubung saya tidak mengerti saya cuma ikut-ikutan saja heheee….
 Sebetulnya ada satu Museum lagi di sekitaran kota tua, yaitu museum wayang. Sayang kami tidak sempat masuk.

Jadi jalan-jalan hari itu diakhiri di museum Seni rupa dan Keramik Jakarta. Secara keseluruhan jalan-jalan hari itu sangat memuaskan, karena dalam satu hari dapat banyakmengunjungi berbagai tempat.

Friday, September 6, 2013

2 HARI KELILING BANDUNG


23 agustus 2013

Weekend kali ini, saya ceritanya menjadi host untuk teman kosan saya dari Jakarta, Ari dan Dewi. Hari pertama kami akan pergi berkeliling mengelilingi museum dan beberapa tempat lain di Bandung. Karena kami akan menggunakan angkot, jadi kami pilih tempat-tempat yang memang terjangkau dengan angkot.
Start berangkat di hari Sabtu pagi, dari tempat saya di Cimbuleuit. Tujuan pertama kami adalah Museum pos di dekat gedung sate, untuk menuju kesana kita tinggal naik angkot caheum-ledeng yang menuju ke arah caheum, kemudian berhenti di sebrang Gedung sate.
Gedung Sate Bandung

1. Museum Pos

Museum pos buka setiap hari, dari jam 09.00 - 16.00 tapi museum tutup pada hari libur nasional. Letak museum pos berada di belakang Gedung sate Bandung, posisinya bersebelahan dengan kantor pos. Arsitektur bangunan masih bernuansa eropa, karena merupakan bangunan lama peninggalan Belanda.

Tidak seperti kebanyakan museum, museum ini terlekat di bawah tanah. Untungnya waktu kemarin saya kesana, dibagian ujung langit-langit sudah di rombak dan diberi fentilasi. Jadi keadaan museum lebih terang, tidak suram seperti dulu. Disini banyak terdapat kumpulan perangko dari berbagai negara. Kita juga bisa melihat sejarah pos dan perangko di dunia. Kotak surat dari jaman Belanda, Jepang sampai merdeka juga ada. Ada juga sejarah surat dari kerajaan di indonesia jaman dulu. Intinya museum ini lengkap banget buat yang mau tau soal sejarah pos dan perangko. Beberapa lukisan dan mannequin terpajang di museum ini menggambarkan sejarah dan perjalanan pos.
Kotak pos dari masa ke masa


Perangko pertama di Dunia
Mannequin yang menggambarkan pengantar pos mengirim surat


Perangko awalnya dibuat, karena pada jaman dulu biaya pengiriman surat akan dibayar oleh penerima surat. Dan kadang orang yang menerima surat tidak mau membayar, sehingga dibuatlah perangko untuk menghindari hal seperti ini.
Tidak jauh dari museum pos, kita bisa mengunjungi Museum Geologi yang jaraknya hanya sekkitar 5 menit dengan berjalan kaki.

2. Museum Geologi
Ini salah satu museum favorit saya di Bandung, banyak replika fosil-fosil purba. Dari antropoda, Mamoth, T-rex sampai tengkorak manusia purba juga bisa kita liat di sini. Di sisi lain museum, kita bisa melihat berbagai jenis batuan alam. Dilantai 2, terdapat ruang mengenai sumber energy. Ruangan ini di design menarik dan atraktif, dengan layar LCD touch screen yang menerangkan berbagai siklus energi.
Replika fosil T-Rex

Fosil Mamoth (Gajah Purba)

Tengkorak dari berbagai Ras 
Dulu masuk ke museum ini gratis, sekarang harus membeli tiket masuk. Tapi tenang, harganya super murah kok. Untuk pelajar cuma Rp 2000, untuk umum Rp 3000, dan untuk turis asing harganya Rp 10.000,-. Jam operasional museum ini dari jam 08.00-14.00.

3. Masjid Agung Bandung
Tujuan ketiga hari itu yaitu Masjid Agung. Dari Museum Geologi kita harus berjalan dulu ke arah Pusdai, dari sebrang Pusdai naik angkot jurusan Stasiun - Sadang Serang berwarna hijau. Turun di belokan Piade atau belokan menuju ke arah pasar baru. Dari sana saya dan teman-teman jalan ke arah Braga. Lumayan sih perjalanannya, kalau takut nyasar tanya aja orang-orang sekitar situ, pasti di kasih tau arahnya. Setelah sekitar 15 menit berjalan kaki sambil berhenti sana sini beli jajanan pinggir jalan, akhirnya kami sampai di Masjid Agung. Sebenarnya kalau mau naik angkot juga bisa, berhenti di stasiun, lalu naek angkot Gedebage atau angkot apapun yang lewat Masjid agung heheheee... Pokoknya kalo ragu tanya aja orang sepanjang jalan.
Dulunya menara Masjid Agung ini adalah gedung tertinggi di Bandung. Tapi sekarang saya kurang tau apa masih menjadi gedung tertinggi karena sudah ada apartemen-apartemen tinggi di Bandung. Masjid Agung ini bisa disebut dalam daerah alun-alun Bandung. Tempat yang dulunya merupakan daerah berkumpulnya orang-orang Bandung.
Untuk naik ke menara Masjid agung kita harus membayar Rp 3000 untuk dewasa, Rp 2000 untuk anak-anak, dan Rp 5000 untuk wisatawan. Menara Masjid agung setinggi 19 lantai, pintu hanya akan terbuka begitu kita sampai di lantai 19.

Ruangan di puncak menara, berbentuk lingkaran dan kita bisa melihat pemandangan kota Bandung. Walaupun terlihat padat dengan atap-atap rumah, tapu tetap saja menurut saya pemandangannya keren bangettttt. Apalagi backgorundnya gunung-gunung yang mengelilingi Bandung. Dulu saya pernah melihat Bandung dari puncak di perbatasan Cimbuleuit dan Lembang, dan view Bandung disitu terlihat seperti kota di dasar mangkok, dengan gunung sebagai pinggiran mangkoknya.
Anyway, setelah melihat ke atas menara, saya juga salat di dalam Masjid Agung yang ternyata sangattttt luas.
Kemudian kami meneruskan perjalanan ke Museum Konferensi Asia Afrika dengan berjalan kaki sekitar 10 menit.

4. Museum Asia Afrika
Begitu membuka pintu museum, kita harus melewati mesin metal detector. Bangunan museum ini dipertahankan dari bentuk asalnya saat dulu pertama kali digunakan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika di tahun 1955. Diluar gedung berderet tiang-tiang bendera yang biasa digunakan saat ada acara khusus kenegaraan. Museum ini buka pukul 08.00-15.00.
Di dalam museum ini banyak terdapat foto-foto dan kliping koran berita mengenai konferensi Asia Afrika. Disalah satu sudut ada tombol yang jika kita tekan, maka akan langsung terdengar suara pidato Bung Karno saat memimpin KAA (konferensi Asia Afrika).

Jangan lupa juga untuk masuk ke bagian ruang konferensi. Ini adalah ruang konferensi yang sama seperti saat dulu pertama kali KAA diselenggarakan. Di ujung deoan ruangan terdapat sebuah gong dengan tempelan berbagai bendera negara yang mengikuti KAA.

Saat kunjungan ini saya untuk pertama kalinya mengetahui bahwa sekarang ada ruang Mesir. Khusus membahas mengenai negara Mesir. Hal ini mungkin dilakukan sebagai penghargaan kepada Mesir yang memiliki kedekatan dengan Indonesia. Mesir juga merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia saat pertama kali Indonesia merdeka.
Begitu masuk ke ruang Mesir ini, lagu khas Mesir sudah terdengar. Di dinding banyak ditempel foto dan sejarah mengenai mesir.
Ornamen di ruang Mesir


5. Kopi Aroma
Setelah puas berkeliling Museum KAA, saya mengantar teman saya ke Kopi Aroma, yang juga tidak terlalu jauh dari jalan Braga. Kopi aroma adalah toko kopi yang sudah berdiri sejak 1930-an. Sayangnya saat saya tiba disana kami terlambat karena sudah tutup. 
Sebenarnya saya sudah beberapa kali datang ke tempat Kopi Aroma ini, pemiliknya dengan senang hati mengantar saya berkeliling pabriknya. Kita bisa melihat tempat penyimpanan kopi, seperti Robusta dan Arabica. Kopi ini akan dimasukan ke dalam karung dan ditimbun selama 8 tahun untuk mengurangi acid yang terkandung dalam kopi. setelah 8 tahun berat karung kopi ini bisa menyusut hingga 1/3nya. 
Kita juga bisa melihat mesin pemanggang dan mesin pemilah kopi yang sudah ada sebelum jaman kemerdekaan. Rasa dari kopi aroma ini juga sudah terkenal karena rasanya.

Tadinya saya, Ari dan Dewi mau melanjutkan ke Selasar Sunaryo, tapi karena sudah lewat jam 6 sore galerI seninya sudah pasti tutup, jadi kami merencanakan besok baru pergi ke galeri seni Selasar Sunaryo.

6. Punclut & Gasibu
Hari Minggunya, saya mengajak Ari dan Dewi ke Punclut, ini merupakan daerah perbukitan di Cimbuleuit atas yang setiap hari minggu berubah menjadi pasar kaget. Dari tempat saya tinggal naik angkot Ciumbuleuit, kanan kiri jalan menuju puncak di penuhi pedagang berbagai macam jualan. Dari penjualan ikan hias, kelinci, hamster, anak ayam warna warni, sampai segala jenis makanan pasar khas Sunda. 
Kami jalan hingga ke puncak bukit di depan gedung RRI, dan memilih makan di salah satu saung yang ada gambar foto Pak Bondan yang terkenal dengan jargon Maknyussss.
Pemandangan dari saung di punclut
Setelah kenyang sarapan di atas bukit sambil melihat pemandangan, kami lanjut ke Gasibu untuk belanja barang-barang murah. Gasibu ini lokasinya berada di sebrang Gedung sate, dan hanya ada setiap hari Minggu saja. Harga barang di Gasibu ini bisa beda sampai Rp 30.000,- kalau di bandingkan dengan beli di Jakarta. 

7. Selasar Sunaryo
Selasar Sunaryo berada di daerah Dago atas, kami menuju kesana dari Gasibu menggunakan angkot Riung Bandung dan berhenti di terminal Dago. Disana sudah banyak tukang ojeg mejeng siap untuk mengantar dan harga yang ditawarkan untuk diantar sampai Selasar Sunaryo Rp 10.000,- 
Sesampainya di Selasar Sunaryo kami diingatkan untuk tidak mengambil foto atau memegang barang disana. Biasanya saya sering ngantuk kalau pergi ke galeri seni, tapi Selasar Sunaryo ini pengecualian. Semua karya-karya yang di pajang unik. Seperti ada satu ruangan yang isinya adalah daun yang saling disambungkan sengan steples dan di gantung dari langit-langit seperti terpal di dalam ruangan. Lukisannya juga tidak kalah unik, media yang digunakan tidak hanya kanvas dan acliric, tapi juga bambu dan lain-lain.
Disini juga tersedia Kedai Kopi bagi pengunjung yang ingin ngopi setelah melihat karya seni disana.

Sebenarnya ada galeri lainnya yang saya suka di Bandung, yaitu NuArt. Galeri ini adalah milik Nyoman Nuarta, seniman yang membuat Patung Wisnu & Garuda di GWK Bali. Semua karya seni di galeri ini buat saya tercengang. Kebanyakan media yang digunakan adalah logam. Engga akan nyesel kalau datang ke galeri yang lokasinya di Sutra Duta Bandung ini.

Sebetulnya masih banyak lagi tempat wisata yang bisa dikunjungi di Bandung, seperti Tangkuban perahu, kawah putih ciwidey, Goa Jepang di dago pojok, wisata belanja di FO, dan wisata kuliner tentunya.


Monday, July 1, 2013

1 DAY TRIP (PULAU KELOR, PULAU CIPIR, PULAU ONRUST)

29 Juni 2013

Tiap mau weekend, pasti bingung mau ngapain. Pilihan paling sering itu biasanya pulang ke Bandung. Tapi berhubung baru minggu kemarin saya ke Bandung, jadi minggu ini rencananya mau di Jakarta aja. Kebetulan dapat ajakan dari temen saya yang ngajak untuk ikut 1 day trip ke 3 pulau di kepulauan 1000. Trip ini lebih ke tema jalan-jalan sejarah, dengan mengunjungi 3 pulau yang memiliki bangunan – bangunan peninggalan sejarah. 3 pulau yang akan saya kunjungi itu adalah pulau Kelor, pulau Cipir, dan pulau Onrust. Yang bikin saya mau ikut trip ini selain karena saya memang suka jalan-jalan ke tempat sejarah, faktor lainnya adalah harga yang ditawarkan cukup murah yaitu hanya 99ribu aja.

Meeting point waktu itu adalah di Muara Kamal, saya pergi bersama dengan 3 orang teman saya yang lain. Sesampainya saya di muara Kamal, saya bertemu dengan anggota kelompok lainnya yang juga akan pergi mengikuti trip ini. Jam 8 kami berangkat menggunakan kapal penyebrangan. Sangat di sayangkan keadaan perairan di Muara Kamal yang hitam dan banyak sampah. Tetapi semakin jauh ke tengah air semakin jernih dan berwana hijau, tetapi sayangnya tetap saja saya melihat ada satu-dua sampah dari bungkus makanan (snack). 

PULAU KELOR


Dari Muara Kamal ke Pulau Kelor hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Begitu mendekati pulau Kelor, hal pertama yang paling terlihat adalah bangunan seperti benteng yang sebagian bangunannya mulai runtuh. Walaupun sebagian bangunannya sudah hancur, tapi tetap saja bangunan ini terlihat mengagumkan. Benteng ini bernama Benteng Martello.
Reruntuhan Benteng di pulau Kelor langsung terlihat begitu kapal mendekat
Ukuran pulau ini cukup kecil, karena itu warga menyebutnya pulau Kelor seperti daun kelor yang juga tidak lebar. Luas pulau ini kurang dari 2 hektar, sehingga untuk berkeliling hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Tapi tentunya untuk melihat-lihat reruntuhan benteng ini bisa jadi waktu yang dihabiskan lebih dari 15 menit.
Pemandangan laut terlihat dari dalam benteng
Di sebagian pinggiran pantai banyak terdapat beton pemecah ombak, untuk mengurangi abrasi. Saya juga melihat reruntuhan dinding bata yang sudah runtuh ke sisi pantai. Dinding – dinding bata ini adalah dinding dari benteng, sedangkan bagian benteng yang saat ini masih terlihat berdiri sebenarnya adalah bagian dalah dari benteng itu sendiri. Jadi bentuk asli dari benteng ini sebenarnya jauh lebih besar dari bentuk yang bisa dilihat saat ini. Tapi karena abrasi terus menerus akhirnya benteng bagian luarnya pun runtuh.
Benteng Martello


PULAU CIPIR (PULAU KHAYANGAN)

Setelah puas melihat-lihat pulau Kelor, pulau selanjutnya yang saya datangi adalah Pulau Cipir (Pulau Khayangan). Pulau ini pada jaman Belanda dulu digunakan sebagai tempat karantina dan rumah sakit bagi jemaah haji. Seluruh calon jemaah haji dari seluruh Indonesia akan dikumpulkan terlebih dahulu di pulau ini untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Dan jangan lupa bahwa pada waktu itu untuk pergi haji, calon jemaah tidak menggunakan pesawat, akan tetapi menggunakan kapal laut yang memakan waktu berbulan-bulan.

Artileri peninggalan Belanda
Setelah mereka selesai pulang dari ibadah haji, mereka harus kembali dikarantina di pulau ini. Selain untuk di cek kondisi kesehatannya juga sebenarnya ada maksud lain dari pemerintah Belanda. Belanda khawatir dengan gerakan Islam di Arab akan berpengaruh kepada para Haji ini sehingga ajan memberontak Belanda sepulangnya dari ibadah haji. Ternyata dari sini juga asal mulanya gelar haji diberikan pada orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji. Gelar haji hanya ada di Indonesia, karena waktu dulu orang-orang yang sudah kembali dari ibadah haji dan di karantina oleh pemerintah Belanda, akan diberikan gelar haji itu.
Reruntuhan bekas rumah sakit calon haji

Saat saya berkeliling pulau ini, sebagian besar adalah reruntuhan bangunan beton dikelilingi pepohonan rimbun. Berbeda dengan pulau Kelor yang tidak terlihat kehidupan selain manusia yang datang untuk melihat-lihat, di pulau Cipir banyak terdapat kucing dan ayam, bahkan ada seekor monyet. Saya jadi penasaran kapan kucing dan ayam pertama tiba di Pulau itu dan siapa yang membawanya hehehee…

Di salah satu ujungnya terdapat sebuah jembatan yang sudah runtuh, dulunya jembatan itu menghubungkan Pulau Cipir dengan Pulau Onrust. Di salah satu bagian bangunan yang sudah runtuh,, terdapat kamar dengan jendela menghadap pantai. Saya membayangkan jaman dulu waktu keadaan bangunan itu masih bagus, mungkin orang yang menempati kamar itu tiap bangun tidur pemandangannya enak bisa langsung lihat laut.
Di pulau cipir terdapat 1 warung, dan juga terdapat toilet. Jadi lumayan untuk makan siang bisa beli di warung itu.

PULAU ONRUST

Setelah selesai berkeliling pulau Cipir, saya menuju pulau terakhir yaitu Pulau Onrust. Onrust diambil dari bahasa belanda yang berarti tidak pernah beristirahat, atau dalam bahasa inggrisnya Unrest. Jaman Belanda dulu, masyarakat sekitar juga menyebutnya sebagai pulau Kapal, karena seringnya kapal-kapal datang ke pulau ini.

Dulunya pulau ini menjadi markas Belanda sebelum berhasil mengambil alih Jakarta. Tapi kemudian pulau ini juga dijadikan sebagai asrama haji sebelum diberangkatkan ke Arab, agar mereka mampu beradaptasi dengan udara laut. Menurut guide, pulau Onrust pada jamannya sangat terkenal, mungkin seperti Bali versi colonial Belanda.

Pulau Onrust saat ini 85%nya mungkin hanya berupa puing-puing bangunan. Masih menurut guide yang mengantar saya berkeliling di Pulau Onrust, bangunan-bangunan di pulau ini rusak akibat dijarah orang warga sekitar. Mereka mengambil material-material bangunannya, dan yang tersisa saat ini adalah material-material yang tidak terpakai. Jaman dulu bentuk barak berbentuk seperti rumah panggung dengan pancang di bawahnya, saat ini hanya tinggal pancang betonnya saja yang masih terlihat.

Sisa reruntuhan tempat karantina Haji

Yang unik dari tata bangunan di pulau ini adalah adanya yang disebut pagar anti tikus. Pagar anti tikus ini berupa beton yang di tanam ke bawah tanah untuk menghindari tikus masuk rumah dengan cara menggali tanah, dan dibagian atas beton ini di pagari. Hal ini dilakukan karena dulu pernah terjadi wabah tikus di pulau ini hingga menewaskan warga disana. Tapi saat ini yang terlihat hanya bagian betonnya saja.
Sisa pagar anti tikus
Pulau onrust mungkin adalah museum terbuka terbesar di Indonesia, dan satu – satunya pulau sejarah yang juga digunakan sebagai museum. Di salah sau bangunan yang masih berdiri, dan saat ini digunakan untuk menyimpan sisa – sisa jaman Belanda dulu, kita bisa melihat boomerang, maket tata kota pulau Onrust, dan maket kondisi kota setelah terkena letusan Gunung Krakatau.
Maket tata kota di Pulau Onrust
Maket keadaan kota di Pulau Onrust setelah terkena letusan Krakatau
Juga ada beberapa foto masa lalu dari Pulau Onrust. Bangunan penjara juga masih bisa dilihat disini, dan ada satu bagian melingkar seperti kolam ikan di ruangan terbuka yang ternyata dulu fingsinya adalah untuk arena bertarung para tahanan. Jadi sama seperti yang terjadi di jaman gladiator dimana tahanan di adu untuk saling berkelahi hingga mati.


Area bertarung untuk para tahanan
Ternyata di pulau ini terdapat lorong bawah tanah, yang gosipnya lorong ini terhubung hingga pulau Kelor dan ada juga gossip yang bilang bahwa di bawah itu terdapat emas yang ditimbun. Tapi sayangnya jalan menuju lorong itu sudah ditutup demi alasan keselamatan.

Disini juga terdapat beberapa komplek kuburan, ada bagian kuburan pribumi yang dulunya dalah pemberontak pribumi yang akan melawan Belanda menggunakan kapal Zeven Provincien pada tahun 1933. Mereka memberontak karena tidak adilnya sistem penggajian oleh pemerintah Belanda, dimana pribumi diberikan gaji lebih rendah dibandingkan orang Belanda dan orang Cina. Selain itu juga makam pribumi ini digunakan untuk para calon haji yang meninggal di pulau ini. Selain komplek pemakaman pribumi, ada juga komplek makan khusus orang Belanda. Jika orang yang meinggal adalah orang dengan strata tinggi, maka diatas kuburannya akan ditutup dengan batu alam.

Ada cerita horor di pulau ini yang terkenal yaitu penampakan seorang wanita Belanda bernama Maria. Maria meninggal tahun 1719 mengenakan gaun pengantinnya saat menunggu kekasihnya yang tidak juga datang, dan ternyata kekasihnya sudah meninggal terlebih dulu. Kita bisa melihat kuburan Maria di komplek makam Belanda. Diatas makamnya tertulis puisi dalam bahasa Belanda.
Batu alam di atas makam Maria dengan ukiran puisi dalam bahasa Belanda
Dan yang agak membuat saya kaget ternyata di pulau Onrust ini adalah lokasi makam dari Kartosuwiryo. Kartosuwiryo adalah kepala pemberontakan DI/TII atau saat ini dikenal dengan NII, yang ingin membuat Indonesia menjadi negara Islam.

Dibanding dengan 2 pulau sebelumnya, berkeliling pulau Onrust ini lumayan bikin cape juga ternyata. Untungnya disini terdapat beberapa warung bambu bahkan ada musola dan toiletnya juga. Perjalanan selesai setelah jam 3 sore, dan kami kembali ke kapal untuk menuju Muara Kamal, kembali ke pulau Jawa. Ternyata lokasi ketiga pulau ini tidak jauh dari Jakarta, bahkan saat di pulau Onrust, saya bisa melihat gedung-gedung tinggi yang sedang dibangun di Jakarta.

Over all, perjalanan hari ini bener-bener engga rugi. Dari pada ngabisin weekend di Jakarta pergi ke mall, ngabisin duit buat belanja, mending jalan-jalan sambil mengenal sejarah negara sendiri kan hehehee…




WISATA GOA PINDUL, TAMAN SARI, MASJID BAWAH TANAH, INDISCHE KOFFIE RESTO

26 Mei 2013

Hari kedua di Jogja, tujuan utama saya dan teman-teman adalah Goa Pindul.  Lokasinya yang berada di gunung kidul, memakan waktu sekitar 1 jam dari Malioboro.  Untuk ke Goa Pindul sulit jika menggunakan angkutan umum, kareenanya saya menyewa mobil dan teman saya dari Backpacker Indonesia  (BPI) yang menjadi guide sekalian supir heheheee….
Semakin dekat ke tujuan, kita kaan melihat banyak orang berdiri di pinggir jalan. Mereka adalah penunjuk jalan untuk menuju ke Goa Pindul. Ternyata wisata alam Goa pindul ini dikelolah oleh beberapa pihak. Tiap pihak mempunyai guide masing-masing yang stay tune di pinggiran jalan menuju arah lokasi wisata. Dan para guide penunjuk jalan ini gratis.
Kawasan wisata Goa pindul adalah salah tempat wisata bagian dari Desa wisata Bejiharho, Karangmojo, Gunung Kidul. Di desa wisata ini terdapat beberapa pilihan paket wisata.


Pilihan paket wisata di Goa Pindul
Waktu itu karena waktu kami terbatas, dan sudah kesepakatan awal dengan teman yang lain ingin ke Goa Pindul, akhirnya kami mengambil paket Caving ke Goa Pindul. Per orang dikenakan biaya Rp.30.000,-.
Mobil offroad yang digunakan untuk menuju lokasi wisata
Briefing sebelum masuk ke air
Setiap orang diberikan jaket pelampung, dan 1 ban besar untuk di duduki. Selama perjalanan menyusuri Goa pindul, Guide akan menjeleskan tempat-tempat yang kami lalui. Seperti dimana lokasi sarang Kelalawar, atau tempat kelelawar kawin, atau buang air. Ada juga stalaktit yang terlihat patah, menurut guide hal ini dikarenakan diatas goa terjadi banjir, sehingga stalaktit engga kuat untuk menahan beban air yang terlalu besar. Sayang banget ngeliatnya stalaktit itu patah karena kerusakan hutan sampai terjadi banjir.
Di ujung Goa ada spot untuk foto dan lompat dari batu yang bisa di panjat. Perjalanan untuk berkeliling Goa pindul tidak terlalu lama, sekitar 15 menit.

Selesai dari Goa pindul saya melanjutkan mengjungi Taman sari. Jaman dulu tempat ini digunakan untuk pemandian para putri. Untuk masuk kesini kita perlu membayar Rp.2000 kalau melewati pintu depan. 
Taman sari tempat mandi para putri jaman dulu

Area Taman sari





Peta daerah Taman sari & Masjid Bawah tana


Dari taman sari kita bisa lanjut mengunjungi Masjid bawah tanah. Lokasi Masjid ini berada di tengah daerah pemukiman warga, jadi kalau sudah nyasar biasanya saya nanya aja ke warga yang ada disitu. Pasti dengan ramah akan dibantu menunjukan jalan ke Masjidnya. Masjid ini berbentuk lingkaran, di bagian tengahnya ada bagian terbuka seperti panggung. 
Masjid bawah tanah dengan bentuk lorong melingkar


Dulunya digunakan oleh Muadzin untuk Adzan. Di salah satu tembok terdapat cekungan kedalam yang digunakan sebagai tempat imam.

Disekeliling Masjid sudah dijadikan rumah-rumah warga. Di salah satu rumah kita bisa melihat cara pembuatan batik ada juga cara pembuatan wayang.


Salah satu pengrajin wayang di daerah sekitar Taman sari
Tempat terakhir yang dikunjungi adalah sebuah restoran di dalam benteng VREDEBURG. Belum banyak yang tau mengenai restoran ini, namanya Indische Koffie. Tempatnya berkesan klasik gaya colonial dulu. Menu yang dihidangkan dari makanan dan minuman tradisional jawa, hingga makanan internasional.
  Restoran Indische Koffie                                     

Sayangnya waktu itu saya sudah hampir ketinggalan kereta karena waktu yang mepet, saya engga bisa lama-lama disana. Jadi minuman yang sudah dipesan juga terpaksa di take away.
Begitu sampai stasiun, saya harus lari-lari dengan teman-teman saya karena kereta sudah mau berangkat. Untungnya kami berhasil naek kereta 3 menit sebelum kereta jalan fiuuuhhhh…
Kalo pergi liburan di Jogja emang engga akan cukup kalau cuma 2 hari, lain kali semoga bisa lebih lama waktu liburannya hehehee…