Acara perayaan Waisak yang
diadakan setiap tahunnya di Borobudur mungkin
memang sudah menjadi salah satu kegiatan keagaamaan yang menarik minat
orang-orang untuk melihat dan menjadi bagian dari ritualnya. Apalagi setelah
film Arisan 2 menampilkan scene perayaan Waisak di Borobudur dan belum lama ini
film Java Heat juga ikut mengambil scene Waisak di Borobudur, hal ini menjadi
salah satu faktor meningkatnya jumlah wisatawan yang ingin datang dan
menyaksikan langsung acara Waisak di Borobudur.
Saya juga menjadi salah satu
orang yang tertarik untuk melihat secara langsung kegiatan perayaan Waisak di
Borobudur ini. 2 bulan sebelumnya saya memesan tiket kereta tapi karena engga
kebagian kereta ekonomi terpaksa akhirnya saya membeli tiket ekonomi AC untuk
pergi pada Jumat malam (24 Mei) dan kembali pada Minggu malam (26 Mei).
Kereta berangkat dari Stasiun
Senen, dan satu kereta penuh oleh orang-orang lain yang juga ingin pergi
mengunjungi Borobudur untuk melihat perayaan Waisak. Kereta berangkat dari Jakarta
jam 18.55 dan tiba di Stasiun Tugu (Yogyakarta) di jam 03.28.
Untungnya rombongan saya yang
terdiri dari 5 orang cewe ini sudah di jemput oleh teman dari Forum Backpacker
Indonesia (BPI). Selama 2 hari di Jogja
kami menginap di rumah neneknya. Begitu sampai Jogja, kami diantar untuk makan
dulu di gudeng Mbah Djum. Tempat makan lesehan khas Jogja yang buka dari tengah malam ini menyajikan
Gudeg dan pelengkapnya. Disini kita bisa memilih apa mau makan dengan nasi atau
dengan bubur. Karena masih terlalu pagi, jadi saya pesan bubur dengan gudeg aja
supaya perutnya engga kaget ehehehee….
Setelah sampai rumah tempat kami
menginap dan mandi, jam 9 teman saya datang menjemput untuk mengantar kami ke
Borobudur. Sempat beredar kabar bahwa jalan menuju Borobudur akan ditutup jam
setengah 10 pagi dan setiap orang yang mau mengikuti acara waisak harus
melakukan registrasi terlebih dahulu. Sempat aga panik juga sih karena kami
sudah pasti terlambat dan sampai lebih dari setengah 10, kami juga engga ada
yang melakukan registrasi sebelumnya. Tapi kami keukueh pokoknya datang aja dulu kesana.
Untungnya teman dari BPI ini
orang Jogja asli yang tau jalan-jalan kampung supaya kita bisa masuk ke Borobudur tanpa melewati jalan utama yang sudah pasti
macet total. Kami sampai di Borbudur jam 11 siang. Daaaannnn ternyata siapapun
boleh masuk dan mengikuti acara Waisak, engga perlu melakukan
registrasi..Fiuuuhhhh….
Upacara Waisak baru dimulai pada
6.30 malam, jadi kami pergi berkeliling Candi Borobudur dulu pada siangnya. Harga
tiket masuk ke Candi Borobudur adalah Rp.30.000,- Begitu masuk area Borobudur, sudah
banyak turis-turis lain, mulai dari turis yang hanya ingin mengunjungi Borobudur , turis non Budhis yang mau melihat perayaan
waisak, dan umat-umat Budha sendiri yang akan mengikuti prosesi Waisak.
Sebetulnya prosesi waisak dimulai
dari Pengambilan api suci di Candi Mendut, kemudian dilanjutkan berjalan kaki
dari candi mendut hingga Borobudur . Jam 3
siang panggung dan area untuk prosesi Waisak nanti malam sudah disiapkan.
Jam 5 sore, iring-iringan dari
Mendut sudah memasuki kawasan candi Borobudur .
Area Candi Borobudur sudah dipenuhi oleh para fotografer, reporter, dari luar
dan dalam negeri. Wisatawan yang datang juga banyak yang datang dari luar
negeri.
Iring-iringan membawa hasil bumi |
Para Biksu yang mengikuti prosesi dari Candi Mendut |
Waktu 1,5 jam sebelum jam upacara
dipergunakan untuk memberi waktu istirahan kepada para Biksu dan rombongan yang
sudah mengikuti prosesi dari Candi Mendut. Jam 7 malam, kami sudah bisa mulai
membeli lampion yang berharga 100 ribu per buah nya ini. Hasil penjualan lampion,
100% akan disumbangkan oleh pihak Walubi. Jadi kita membeli lampion sambil
itung-itung beramal. Saya dan teman saya membeli 1 lampion untuk bertiga,
maklum ga bawa banyak duit ehehehee..
Panggung persiapan Waisak 2013 |
Di setiap lampion nanti kita
diberi kertas untuk menuliskan permohonan kita, kertas itu nantinya ditempel
pada lampion dan di terbangkan. Acara ngaret hampir 1 jam, dikarenakan menteri
agama dan gubernur Jateng yang waktu tu seharusnya memberikan pidato pembuka
belum juga datang. Borobudur saat itu sudah
mulai turun hujan deras. Keadaan mulai chaos ketika Gubernur dan Menteri
datang, banyak pengunjung yang meneriakan “huuuuuuuu” kepada para pejabat yang
terlambat itu.
Sebetulnya sangat disayangkan,
banyak turis yang datangnya sekedar datang dan mengejar moment pelepasan
lampion saja. Sehingga tindakan mereka selama acara menurut saya sangat
menggangu. Seperti tertawa-tertawa, bercanda, ngobrol keras saat prosesi yang
seharusnya khusyuk. Jujur saja saya kecewa karena sebetulnya saya ingin menjadi
bagian dari acara Waisak yang khusyuk. Bukan seperti acara main-main.
Turis-turis seperti inilah yang menghilangkan kesakralan acara Waisak itu
sendiri. Saya merasa engga enak juga kepada para umat Budha yang terganggu
acara keagamaannya.
Patung Budha diatas panggung, menjadi pusat cahaya dengan latar belakang Borobudur |
Hujan engga berhenti malah semakin
deras, sampai akhirnya panitia mengumumkan bahwa hari itu pelepasan lampion
terpaksa di batalkan, karena dengan hujan deras seperti itu engga mungkin
lampion bisa terbang. Mirisnya beberapa orang terdengar marah-marah karena
hujan sehingga tidak bisa melihat lampion terbang. Kalau menurut saya yang
harusnya paling punya hak kesal mungkin adalah umat Budha itu sendiri, karena
acara keagamaan mereka telah terganggu.
Saya engga tau apa tahun depan,
acara Waisak masih akan di buka untuk umum atau tidak. Tapi seandainya masih
dibuka untuk umum, semoga turis-turis yang datang sudah diseleksi sebagai turis
yang memang pintar, bukan turis yang bikin rusuh dan engga tau aturan.
NB:
1. Untuk mengetahui jadwal kereta bisa dilihat di www.kereta-api.co.id
2. Pemesanan kereta bisa dilakukan secara online
lewat www.kereta–api.co.id atau bisa
juga di Alfamart, Indomart
3. Untuk tau jadwal kegiatan acara Waisak tiap
tahunnya bisa di cek di web resmi Walubi www.walubi.or.id
4. Sinyal HP sangat jelek di area Borobudur ,
akan sedikit sulit jikta terpencar. Jadi sebelumnya lebih baik buat meeting
point kalau terpencar
No comments:
Post a Comment