Sakit memang sesuatu yang tidak bisa dihindari
karena sangat manusiawi. Tapi bagaimana kalau sakitnya saat traveling? Sepanjang
yang saya ingat sepertinya 3x saya traveling di kondisi yang tidak fit.
Pertama beberapa tahun lalu saat saya traveling
ke Bangkok, waktu itu suara saya habis karena gejala flu yang bikin serak.
Sialnya saya yang sering tanya-tanya kalau tersesat
jadi ribet sendiri, karena setiap mau bertanya harus mengumpulkan suara dulu. Jadi
tidak bisa bebas bicara juga dengan pemilik hostel untuk ngobrol-ngobrol. Untungnya
waktu itu cuma suara hilang saja, tidak termasuk gejala flu lainnya seperti demam,
pusing dan hidung meler. Jadi badan masih oke-oke saja untuk di bawa berjalan keliling-keliling.
Pengalaman sakit yang kedua, waktu saya naik
gunung Prau akhir tahun lalu di bulan Desember. Waktu itu memang sedang musim hujan,
penyakitnya sama lagi flu juga. Tapi karena sudah terlanjur janji akan naik gunung,
saya tetap hiking walau tenggorokan sudah mulai perih gejala batuk. Well, naik gunung
di kondisi flu itu sangat tidak recommended, (ya iya lah yaaaa...) saya merasakan
sendiri napas yang biasanya normal jadi lebih cepat capek, dan tenggorokan yang
perih itu bikin bawaanya ingin minum terus, belum lagi mata juga jadi panas.
Alhamdulillah, perjalanan sampai puncak aman
sentosa. Walaupun dari awal pendakian sudah di guyur hujan. Sampai puncak ternyata
sudah lumayan banyak tenda yang berdiri, entah karena memang baru di guyur hujan
atau memang karena badan kurang fit, sampai di puncak saya langsung cari tenda terdekat
milik teman saya yang sudah berdiri, rasanya dingin sekali sampai gigi berbunyi
karena gemetar kedinginan.
Ternyata malamnya saya demam, saya sih
tidak sadar juga. Cuma teman yang tidur di sebelah saya yang bilang semalam
saya seperti mengigau, dan saat di pegang ternyata saya demam. Untungnya di
waktu pagi saya sudah lebih baik.
Pengalaman sakit saat traveling yang ketiga
waktu saya ke pulau Pari, sebetulnya ini masih kelanjutan sakit saat di gunung Prau.
Ternyata pulang dari gunung Prau batuk-bauk saya makin parah. Sudah 2 bulan tidak
hilang-hilang juga, biasanya kalau sakit flu saya hanya butuh berjemur di bawah
matahari lalu flu nya hilang. Timbulah ide saya butuh ke pantai, supaya bisa sembuh
(padahal memang maunya ke pantai) hehehee...
Jadilah saya searching open trip ke
pulau seribu dengan harga terjangkau dan bisa di lakukan saat weekend jadi tidak
menghabiskan cuti. Setelah 2 hari disana ternyata batuk tidak hilang juga, hmmm..
apa karena panas mataharinya sedang kurang poll ya, akibat agak mendung. Yang bikin
kurang asik soal batuk ini soalnya setiap saya makan malah batuk, yang ada jadi
tidak menikmati makanan selama di pantai. Akhirnya saya menyerah deh, setelah 3
bulan batuknya hilang sendiri. Ini mungkin yang sering di sebut orang dengan batuk
100 hari, harus sampai 100 hari dulu baru batuknya hilang. Untung bukan batuk
100 tahun hiiiiyy... amit-amit
No comments:
Post a Comment