Ini sebenarnya agak malu-maluin sih, sebagai orang yang lahir dan besar di Bandung, baru kali ini saya datang ke Saung Angklung Udjo. Padahal orang dari luar negeri saja sudah banyak yang datang ke sini.
Anyway, kunjungan pertama ini sangat amat berkesan. Kenapa? Karena sepanjang pertunjukan berjalan sangat atraktif. Durasi pertunjukan adalah 1,5 jam tapi dijamin berasa kurang dan ingin menonton lagi.
Waktu kita pertama masuk di tempat pembelian tiket, kita akan di beri kalung dengan angklung kecil sebagai liontinnya. Kemudian kita bisa langsung masuk ke area pertunjukan. Kursi di sini di susun bertingkat dan melingkar.
Acara dibuka oleh 2 MC cantik yang menerangkan rangkaian acara yang akan kami tonton. Pada 20 menit pertama kita akan disuguhkan pertunjukan wayang golek. Pada pertunjukan aslinya wayang golek biasanya di mainkan selama 7 jam atau semalam suntuk, dan biasanya berbahasa Sunda, namun karena penonton tidak hanya dari orang Sunda, jadi pertunjukan ini di campur dengan menggunakan bahasa Indonesia supaca cerita dapat dimengerti oleh semua penonton. Pertunjukan wayang golek ini juga di selingi dengan komedi-komedi sehingga membuat penonton tertawa dan tidak bosan.
Waktu kita pertama masuk di tempat pembelian tiket, kita akan di beri kalung dengan angklung kecil sebagai liontinnya. Kemudian kita bisa langsung masuk ke area pertunjukan. Kursi di sini di susun bertingkat dan melingkar.
Acara dibuka oleh 2 MC cantik yang menerangkan rangkaian acara yang akan kami tonton. Pada 20 menit pertama kita akan disuguhkan pertunjukan wayang golek. Pada pertunjukan aslinya wayang golek biasanya di mainkan selama 7 jam atau semalam suntuk, dan biasanya berbahasa Sunda, namun karena penonton tidak hanya dari orang Sunda, jadi pertunjukan ini di campur dengan menggunakan bahasa Indonesia supaca cerita dapat dimengerti oleh semua penonton. Pertunjukan wayang golek ini juga di selingi dengan komedi-komedi sehingga membuat penonton tertawa dan tidak bosan.
Setelah pertunjukan wayang golek selesai, tiba-tiba dari pinggir panggung masuk rombongan anak-anak membawa berbagai umbul-umbul, kemudian disusul dengan anak-anak yang membawa kuda-kudaan yang biasa digunakan pada pertunjukan kuda lumping, disusul dengan rombongan anak yang membawa angklung, dan 1 anak yang duduk di atas singgasana di arak keliling.
Ternyata itu adalah pertunjukan Helaran, biasanya di adakan saat panen padi atau saat ada anak yang sunatan.
Pertunjukan selanjutnya, saya menyaksikan Tari Topeng yang dimainkan oleh 2 penari belia. Yang menjadi ciri khas dari tari topeng tentu saja penarinya yang meenggunakan topeng, dan juga perbedaan gerakan tari, sebelum menggunakan topeng gerakan mereka lebih gemulai, sedangkan setelah menggunaan topeng tariannya berubah menjadi gagah. Jaman dulu orang pecaya bahwa topeng yang digunakan pada tari topeng memiliki kekuatan magis, sehingga merasuk ke penari saat digunakan. tapi tentunya tari topeng yang saaat ini tidak lagi menggunakan hal-hal magis seperti itu.
Pertunjukan dilanjutkan dengan penapilan pemain angklung dari anak-anak kecil. Mereka memainkan berbagai lagu daerah Indonesia, dari Aceh sampai ke Papua. Di akhir pertunjukan mereka membagikan angklung kepada tiap penonton. Ternyata kami sebagai penonton diaak bermain angklung bersama. MC menjelaskan bahwa angklung kami memiliki nomor masing-masing yang menggambarkan tangga nada angklung tersebut. MC memberi gerakan-gerakan tangan yang menunjukan nomor tangga nada agklung kami. Setiap MC menunjukan nomor angklung yang kita pegang,artinya kita harus menggoyangkan angklungkita. Alunan lagu pun mengalun, dari para pemain angklung dadakan ini, yang surprisingly kami memainkan lagu dengan bagus heheheee...
Tidak terasa kami sudah memainkan beberapa lagu dengan arahan MC.
Setelah puas merasakan pengalaman bermain angklung, saya kembali disuguhkan pertunjukan angklung. Namun berbeda dengan pertunjukan sebelumnya, dimana angklung di jejerkaan berdiri dan dimainkan dengna cara di goyang, pertunjukan kali ini angklung di posisikan dalam posisi tidur, dan di mainkan dengan cara di sentuh. Ini adalah angklung modifikasi yang diciptakan oleh aak dai Mang Udjo. Disebut angklung Toel, tol dalam bahasa sunda berarti colek, karena dimainkan dengan sentuhan sedikit saja. Cara mainnya mengikuti cara main piano.
Pada bagian penutup, anak-anak kecil kembali masuk ke tempat pertunjukan dan mengajak penoton untuk maju ke tengah untuk ikut memainkan permainan tradisional Jawa Barat. Rasanya seperti kembali ke masa kecil dulu. Kami bermain diiringi lagu-agu permainan tradisional yng diakhiri dengan lagu sayonara, sampai berjumpa pula.
Di jalan keluar, kita akan melewati toko souvenir yangbisa di beli untuk oleh-oleh dan kenang-kenangan. Banyak kerajinan tradisonal khas Jawa Barat juga seperti wayang golek, angklung, suling, tapi ada juga barang-barang mini seperti magnet dan pulpen.
Total pertunjukan selama 1.5 jam benar-benar tidak terasa, karena perunjukan yang disajikan sercara menarik dan atraktif. Pokoknya worth it banget, tidak hanya menonton pertunjukan seni tapi juga ikut mendukung keberlangsugan seni tradisonal.
Ternyata itu adalah pertunjukan Helaran, biasanya di adakan saat panen padi atau saat ada anak yang sunatan.
Pertunjukan selanjutnya, saya menyaksikan Tari Topeng yang dimainkan oleh 2 penari belia. Yang menjadi ciri khas dari tari topeng tentu saja penarinya yang meenggunakan topeng, dan juga perbedaan gerakan tari, sebelum menggunakan topeng gerakan mereka lebih gemulai, sedangkan setelah menggunaan topeng tariannya berubah menjadi gagah. Jaman dulu orang pecaya bahwa topeng yang digunakan pada tari topeng memiliki kekuatan magis, sehingga merasuk ke penari saat digunakan. tapi tentunya tari topeng yang saaat ini tidak lagi menggunakan hal-hal magis seperti itu.
Pertunjukan dilanjutkan dengan penapilan pemain angklung dari anak-anak kecil. Mereka memainkan berbagai lagu daerah Indonesia, dari Aceh sampai ke Papua. Di akhir pertunjukan mereka membagikan angklung kepada tiap penonton. Ternyata kami sebagai penonton diaak bermain angklung bersama. MC menjelaskan bahwa angklung kami memiliki nomor masing-masing yang menggambarkan tangga nada angklung tersebut. MC memberi gerakan-gerakan tangan yang menunjukan nomor tangga nada agklung kami. Setiap MC menunjukan nomor angklung yang kita pegang,artinya kita harus menggoyangkan angklungkita. Alunan lagu pun mengalun, dari para pemain angklung dadakan ini, yang surprisingly kami memainkan lagu dengan bagus heheheee...
Tidak terasa kami sudah memainkan beberapa lagu dengan arahan MC.
Setelah puas merasakan pengalaman bermain angklung, saya kembali disuguhkan pertunjukan angklung. Namun berbeda dengan pertunjukan sebelumnya, dimana angklung di jejerkaan berdiri dan dimainkan dengna cara di goyang, pertunjukan kali ini angklung di posisikan dalam posisi tidur, dan di mainkan dengan cara di sentuh. Ini adalah angklung modifikasi yang diciptakan oleh aak dai Mang Udjo. Disebut angklung Toel, tol dalam bahasa sunda berarti colek, karena dimainkan dengan sentuhan sedikit saja. Cara mainnya mengikuti cara main piano.
Pada bagian penutup, anak-anak kecil kembali masuk ke tempat pertunjukan dan mengajak penoton untuk maju ke tengah untuk ikut memainkan permainan tradisional Jawa Barat. Rasanya seperti kembali ke masa kecil dulu. Kami bermain diiringi lagu-agu permainan tradisional yng diakhiri dengan lagu sayonara, sampai berjumpa pula.
Di jalan keluar, kita akan melewati toko souvenir yangbisa di beli untuk oleh-oleh dan kenang-kenangan. Banyak kerajinan tradisonal khas Jawa Barat juga seperti wayang golek, angklung, suling, tapi ada juga barang-barang mini seperti magnet dan pulpen.
Total pertunjukan selama 1.5 jam benar-benar tidak terasa, karena perunjukan yang disajikan sercara menarik dan atraktif. Pokoknya worth it banget, tidak hanya menonton pertunjukan seni tapi juga ikut mendukung keberlangsugan seni tradisonal.
No comments:
Post a Comment