Si suami ini ceritanya sedang getol belajar kamera barunya, Fujifilm X-A2. Nah iseng-iseng mau coba memfoto milkyway seperti yang sedang banyak di unggah di media sosial. Biasanya milkyway atau galaksi bimasakti, hanya bisa terlihat di tempat yang belum banyak terkena polisi cahaya lampu. Jadi biasanya banyak terlihat di puncak gunung, atau di pantai yang jauh dari keramaian.
Saat itu, saya masih berada di Lintau dalam rangka libur lebaran, dan untungnya daerah Lintau ini bisa di bilang daerah pedesaan yang belum banyak terkena polusi cahaya lampu. Berangkatlah kami berlima, saya, suami dan 3 sepupu ke sebuah lapangan bola di dekat surau. Untuk menuju kesana kami melewati kebun dengan pohon bambu yang masih rimbun, dan di sekeliling lapangan pun pohon-pohon besar masih lebat, hanya ada warung kopi jauh di salah satu ujungnya.
Saat itu waktu meunjukan jam 8 malam, kami coba beberapa kali foto tapi tetep kurang terlihat milkywaynya. Mungkin dikarenakan masih kurang malam. Akhirnya kami kembali ke rumah dengan tekad nanti jam 11 malam kami akan kembali ke lapangan untuk percobaan kedua.
Jam 11 malam, anggota pemburu milkyway berubah formasi karena 2 orang sudah ketiduran, jadi pergilah kami berempat, saya, suami, adik dan sepupunya. Kondisi lapangan sekarang jauh lebih gelap. Salah satu hal penting untuk memfoto milkyway adalah kamera harus menggunakan tripod, karena dibutuhkan waktu beberapa detik untuk proses pengambilan gambarnya. Sedangkan tangan manusia pasti akan bergoyang. Karena kami tidak ada tripod akhirnya kami coba mengambil gambar langit dengan memposisikan kamera di atas kap mobil kami, dan mengganjalnya dengan tisu agar sudutnya pas menghadap langit yang terdapat gugusan bintang galaksi bimasaktinya.
Ternyata memang tidak mudah kalau tidak ada tripod, sudut yang di dapat susah pasnya. Jadilah kami keliling-keliling lapangan mencoba mencari sudut yang pas. Setelah lebih dari 1 jam mencoba mengambil fotonya dan masih kurang bagus, akhirnya kami menemukan sudut yang lumayan pas, hanya saya posisi ini tidak akan bisa kamera di taruh di atas kap mobil. Akhirnya sepupu kami mendapat ide untuk menggunakan bangku warung.
Pergilah dia pergi ke warung yang berada di ujung jauh lapangan, dan kembali ke kami dengan menggotong-gotong kursi warung yang panjang.
Pergilah dia pergi ke warung yang berada di ujung jauh lapangan, dan kembali ke kami dengan menggotong-gotong kursi warung yang panjang.
Setelah ada kursi ini pun, hasil yang kami dapat tidak langsung bagus. Kami masih mencari-cari lagi posisi yang paling pas untuk mendapatkan gambar yang maksimal. Tiba-tiba ada seorang bapak-bapak datang menghampiri kami, dia menanyakan apa yang sedang kami lakukan dari tadi dia melihat dari warung kopi. Kalau di pikir-pikir pasti memang terlihat aneh sekali, kalau ada orang melihat kami berempat mondar mandir di tengah lapangan dengan menggotong-gotong kursi warung yang panjang (kursinya kami gotong-gotong terus setiap kami pindah lokasi, karena benar-benar berfungsi sebagai tripod) hahahaaa....
Akhirnya sepupu suami saya yang asli orang sana, menjelaskan kami sedang mengambil gambar bintang. Muka bapak itu kelihatan agak bingung juga, mungkin dikira aneh anak jaman sekarang, bintang saja harus di foto sampai berputar-putar lapangan, sambil bawa kursi warung lagi x_x
Tapi akhirnya bapak itu pergi kembali ke warung.
Setelah sesi pencarian milkyway yang ternyata sudah 2.5 jam kami lakukan, akhirnya berikut ini foto yang menurut saya lumayan, berlokasi di lapangan bola di Lintau, diambil dengan kamera Fujifilm X-A2, dan ber tripod kan kursi warung yang di ganjel tisu di bawah kamera.
No comments:
Post a Comment