Naik gunung lagi….
Huaaaaa.... dalam 1 bulan terakhir udah naik ke 2 gunung berbeda, bukan berarti saya udah ketagihan naik gunung, tapi memang lagi ga ada kerjaan aja kayanya Hahahaaa...
Saking pengen kaburnya dari Jakarta, tiap ada ajakan jalan keluar Jakarta pasti saya terima.
Kali ini Gunung Sindoro tujuannya. Gunung dengan tinggi 3153 MDPL
yang berada di dekat Wonosobo dan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Biasanya
para pendaki melakukan hiking ke 3 S yaitu gunung Sindoro, gunung Sumbing dan
gunung Slamet, karena jaraknya yang tidak terlalu berjauhan.
Rombongan kami berangkat dari kampung rambutan jam 8 malam,
menggunakan bus Sinar Jaya. Awalnya semua berjalan lancar seperti biasa, saya
pun sempat tertidur karena perjalanan malam, sampai saya terbangun kaget oleh
suara orang marah-marah dan gedoran di depan bus kami. Semua penumpang satu persatu
mulai bangun. Saya sempat mendengar suara kaca pecah dari arah depan bus. Saat
itu kami sedang berada di daerah Ciasem, ternyata ada preman yang marah-marah
karena tidak diberi uang 2ribu rupiah saja, oleh salah satu penumpang yang
dikira preman adalah kenek bus kami. Si
preman sampai masuk ke dalam bus kami mencari orang itu, tapi saat dia tau
orang tsb hanya penumpang, akhirnya dia memanggil supir kami keluar, sialnya si
supir kena tonjok 2 kali oleh preman yang kesal itu. Tapi akhirnya mereka mengijinkan
bus kami pergi.
Untungnya setelah kejadian di Ciasem itu, tidak ada kejadian
aneh-aneh lainnya. Hanya saja karena macet parah di jalur pantura, bus yang
awalnya kami prediksi akan sampai jam 6 pagi, molor hingga jam 11.30 siang kami
baru sampai terminal Wonosobo. Setelah bersih-bersih, salat dan makan siang,
kami melanjutkan perjalanan jam 1 siang ke basecamp di Kledung. Dari basecamp
kami naik truck kol buntung hingga batas ladang penduduk. Dari sana kami jalan
hingga ke pos 1, jalanan awalnya masih terasa normal. Dari pos 1 ke pos 2, trek yang di lewati semakin berasa berat
karena jalanan mulai berbatu, selain itu kami mendaki pada saat hujan. Hari itu tujuan kami adalah berkemah di pos 3.
Tapi sebagai pemula dalam dunia pendakian, menurut saya trek ke
Sindoro ini cukup berat. Selain banyaknya batu-batu besar dan jalanan yang
terjal, memerlukan extra hati-hati saat pendakiannya. Saya sampai ke pos 3
setelah maghrib. Dan yang membuat takjub adalah dari pos 3 saya masih bisa
mendapat sinyal handphone. Jarang-jarang kan di gunung bisa dapat sinyal HP heheheee... Selama pendakian, saat sedang beristirahat, saya dan
teman-teman sering mematikan head lamp kami
hanya untuk menikmati city light di
kejauhan di bawah kaki gunung yang di apit antara gunung sindoro dan gunung
sumbing.
|
Gunung sumbing berhadapan langsung dengan gunung Sindoro |
Sesampainya di pos 3, kami langsung buka tenda, makan malam dan
tidur. Keesokan paginya, jam 3.30 pagi kami udah mulai pendakian lagi ke
puncak. Sebelum ke puncak kami akan melewati 1 pos lagi yaitu pos 4. Jika
sebelumnya saya mengira bahwa perjalanan ke pos 3 udah berat, ternyata saya
salah, perjalanan ke pos 4 jauh lebih berat. Sepertinya tingkat kesulitan dari
tiap pos di Gunung sindoro ini semakin meningkat.
|
pemandangan sebelum matahari terbit |
Banyaknya batu-batu besar, membuat saya berasa sedang rock climbing, trek nya benar-benar menguras
energy dan konsentrasi. Karena jika tidak bisa celaka dengan banyaknya
batu-batu yang licin. Pagi itu sayangnya kabut cukup tebal, matahari belum
terlihat juga. Tapi pemandangan menuju ke puncak juga tidak membuat kecewa.
Akhirnya kami sampai menuju puncak setelah 3 jam pendakian dengan banyak
diselingi berhenti untuk menunggu teman-teman yang lain.
|
Benar-benar berada di atas awan |
Di puncak gunung,
terdapat sebuah kawah yang masih aktif. Sebenarnya dilarang untuk turun ke
kawah itu, tapi tetap saja ada yang nekad turun, padahal menurut orang-orang di
basecamp, awal tahun ada 2 orang meninggal keracunan di kawah itu.
|
Kawah Sindoro yang masih sering mengeluarkan gas beracun |
Perjalanan naik ke puncak memang berat, tapi perjalanan turunnya
juga tidak kalah berat. Selain oksigen yang menipis, membuat badan cepat capek,
batu-batu yang terjal juga memperlambat proses turun, karena harus extra
hati-hati. Pada saat turun ini juga kabut udah mulai tebal, jadi kami berusaha
tidak terlalu berpencar dengan teman yang lain karena jarak pandang yang
tertutup kabut.
Info tambahan, gunung sindoro ini tidak memiliki sumber air di
atasnya, jadi harus irit-irit air minum. Untungnya waktu pendakian ke puncak,
masih banyak daun-daun yang berembun, jadi bisa diminum airnya. Lumayan lah untuk
penghilang haus.
Kami beres-beres tenda dan jalan turun ke bawah jam 3 sore.
Lagi-lagi hujan turun deras saat kami turun. Untungnya kami semua bisa berhasil
sampai kebawah dengan selamat. Saya dan teman-teman sampai di basecamp jam 6
sore. Dan ternyata bus terakhir ke Jakarta adalah jam 5 sore, yang artinya kami
tidak bisa pulang ke Jakarta malam itu menggunakan bus T_T hiks.. hikss...
Akhirnya dengan bantuan teman-teman di basecamp kami dibantu mencari
elf untuk di carter mengantar kami ke Jakarta. Akhirnya setelah lama menunggu,
Elf kami tiba di basecamp dan kami pun berangkat pulang ke Jakarta jam 11 malam
dari basecamp, dan karena jalur selatan macet parah, kami dialihkan menuju
jalur pantura yang juga ternyata macet parah. Kami semua tiba di kampung
rambutan jam 12 siang.
Over all, perjalanan kali ini benar-benar memperkaya pengalaman
saya. Selain main ke pantai atau ke kota-kota lain di dalam atau luar negeri,
kali ini mencoba pengalaman naik gunung dengan segala macam ceritanya.