Wednesday, May 29, 2013

Traveling dari Jakarta ke Phuket 3 hari 3 malam (Part 1)

Udah lama sebenarnya saya ingin ke Phuket, Rencana ini sudah ada dari 2010, tapi apa daya berhubung tiketnya lumayan mahal, bisa sampai 3 juta untuk tiket PP langsung Jakarta-Phuket-Jakarta, jadi rencana ini saya tunda dulu. Hingga sampai satu hari saya mendapat email tentang promo Air Asia yang salah satunya adalah promo penerbangan PP Jakarta-Phuket-Jakarta.

Saya langsung menghubungi 3 teman SMA saya Kiki, Uji dan Dae, karena sebelumnya kami sudah mempunyai rencana ke Thailand. Begitu mereka langsung Ok, saya langsung membooking tiket untuk 4 orang. Waktu itu harga tiap orang Rp. 1.222.000,- untuk tanggal keberangkatan hari Minggu 20 Januari dan kepulangan 23 Januari.

Begitu tiket sudah di dapat, selanjutnya adalah menentukan itinerary dan akomodasi selama di sana. Setelah beberapa minggu mencari yang paling murah maka kami membuat estimasi budget seperti di bawah ini:
1.      Tur Phi phi island : 900 bath
2.      Tur Krabi Island : 1400 bath
3.      Tiket nonton Simon Cabaret : 800 bath
4.      Hostel : 840 bath (3malam)
5.      Mobil : 750 bath (1 hari)
6.   Makan selama 450 bath (3 hari)
Mendekati hari H, terjadi musibah banjir di Jakarta. Kantor saya sampai diliburkan dari hari Kamis-Jumat, karena semua sarana jalan menuju kantor terhalang banjir. Tiga teman saya lainnya berdomisili di Bandung, jadi tidak berpengaruh dengan adanya banjir. Untungnya hari Minggu, air di sekitar jalan yang saya lewati sudah mulai surut. Semua berjalan lancar, hingga kami tiba di Airport internasional Phuket jam 7.25 malam, tiba setengah jam lebih awal dari schedule yang tertera di tiket.

Begitu keluar dari imigrasi kami langsung menemukan stand sebuah provider lokal disana yang menawarkan kartu telpon gratis. Banyak orang mengantri disana untuk mendapatkan kartu telpon dan mengaktifkan layanan blackberry mereka. Untuk paket Blackberry full tanpa paket sms dan telpon selama 3 hari, kita harus membayar 100 bath. Tapi saya memilih tidak mengganti kartu telpon saya, sedangkan 2 teman saya lainnya yang menggunakan android memilih menggunakan kartu telpon lokal ini untuk mengindari roaming international.

Begitu keluar pintu bandara, supir travel yang kami pesan sudah menunggu dengan papan nama. Supir travel kami bernama Jack, bukan nama sebenarnya sih, tapi dia minta dipanggil Jack. Bahasa inggrisnya sulit dimengerti, dan dia juga tidak terlalu mengerti bahasa inggris kami ahahahaaa..
Hostel tempat kami menginap di daerah Phuket Town
Sampailah saya di penginapan bernama Lub Sbuy. Sudah agak sepi malam itu, padahal baru jam 21.30. Kami menginap di Phuket town karena dekat dengan pelabuhan, dimana kami selama 3 hari rencananya akan berkeliling pulau-pulau sekitar Phuket. Ternyata daerah Phuket town memang tidak ramai kalau malam hari, daerah yang ramai adalah di Patong untuk kehidupan malamnya. Saya dan teman saya menyewa 1 kamar dengan 2 tempat tidur tingkat untuk kami berempat.

Hari ke-1

Jam 7 pagi kami pergi ke seven eleven untuk membeli sarapan, untungnya lokasinya sangat dekat dengan hostel tempat kami menginap. Jam 8 pagi, kami dijemput dengan minibus dari pihak travel yang kami gunakan, langsung menuju ke pelabuhan. Di pelabuhan kami diberikan stiker yang digunakan untuk membedakan trip yang kami ikuti. Hari pertama kami mengikuti paket tur Phi Phi island, dan diberikan stiker berwarna hijau. Kapal yang kami gunakan adalah sejenis kapal fery kecil. Selama perjalanan kita bisa melihat banyak karang-karang tinggi di tengah laut yang ditutupi pepohonan. Pemberhentian pertama adalah di Phi Phi don, atau pulau phi-phi. Bagi yang akan menginap di phi-phi don maka mereka turun saat itu. Dari tempat kapal bersandar, saya bisa melihat banyak ikan-ikan berwarna hijau berkumpul dekat dermaga, saking jernihnya air sehingga dari jarak beberapa meter pun masih terlihat. Kemudian tempat selanjutnya yang kami datangi adalah Maya Beach atau orang Thailand sering menyebutnya Leonardo Di Caprio Beach, karena sempat dijadikan salah satu lokasi pembuatan film The Beach yang dibintangi Leonardo Di Caprio. Disana kami diberikan pelampung dan alat snorkeling, sayang saking banyaknya orang yang nyebur ke laut, ikan-ikan yang terlihat menjadi jarang. Tidak terlalu banyak yang bisa dilihat di spot snorkeling saat itu. 
Snorkeling di Maya Beach (Leonardo Di Caprio Beach)
Setelah puas snorkeling kami kembali ke phi-phi island untuk makan siang. Oh iya, disini kita harus bayar 20bath untuk biaya kebersihan. Makan siang disana gratis karea sudah termasuk kedalam paket tur. Makanannya berbentuk prasmanan, ada spagethi, nasi, ayam asam manis, ayam kari, ikan, buah-buahan, makanan manis sejenis candil tapi khas Thailand, dan masih banyak lagi. Disitu saya benar-benar makan sepuasnya, sekalian balas dendam sarapan yang cuma sedikit, belum lagi sehabis snorkeling rasa lapar jadi bertambah.

Selesai makan kami diberi waktu untuk yang ingin keliling dan shopping di phi-phi island. Saya membeli beberapa postcard titipan dari teman-teman saya di Indonesia. Dan kemudian kami berkeliling pantai sambil berfoto dengan kapal tradisional Thailand.
Kapal Tradisional Thailand, banyak terlihat di pantai
Perjalanan pulang kami habiskan dengan tidur di kapal. Sampai di pelabuhan, saya dan teman-teman sudah ditunggu oleh supir dari tour lain yang kami pesan. Kami segera menuju ke Patong untuk menonton Simon Cabaret Show. Tentunya belum pas kalau ke Thailand tapi belum menonton cabaret warianya. Di dalam ruangan  cabaret, semua penonton dilarang mengambil foto atau video. Saat pertunjukan dimulai munculan beberapa waria yang saat itu saya lihat wajahnya biasa-biasa saja, malah mengingatkan saya dengan waria lampu merah yang saya lihat di Indonesia. Kemudian pertunjukan selanjutnya adalah seorang waria yang terlihat sudah senior dan agak gemuk, mungkin diatas 40 tahun. Dengan lipstick yang tebal, dan menggunakan baju seperti Barbie, menyanyi sambil berkeliling ke penonton. Penonton pria yang dapat jackpot akan kena cium oleh waria ini. Salah satu pria bule sampai ada yang pindah duduk kebelakang karena takut dicium, sementara penonton lain hanya tertawa saja.

Selesai pertujukan itu kemudian lampu sorot mengarah ke ujung panggung, disitu saya kaget melihat waria yang sedang tampil. Karena cantik sekali, dan berpakaian seksi. Pokoknya mirip model Victoria secret yang cantik dan seksi. Ini jauh sekali dengan waria-waria yang pertama kali tampil. Kalau menurut teman saya, mungkin yang tampil saat itu adalah yang melakukan operasi mahal sengingga hasilnya cantik sekali, sedangkan yang sebelumnya operasi murah jadi hasilanya (maaf) seperti waria lampu merah.

Pulangnya kami diantar dengan minibus lagi, dan saat akan naik kami ditanya arah pemberhentian kami. Teman saya bilang Pang Nga road, lokasi hostel kami. Lalu kami santai saja duduk dibelakang bersama penumpang lain. Lalu tidak lama mobil berhenti dan si supir bilang kepada kami ini Pang Nga road. Begitu kami turun, lokasinya benar-benar berbeda dari lokasi hostel kami. Untungnya kondisi ramai, jadi kami sekalian berkeliling melihat-lihat saja. Tidak lama kami melihat papan sebuah toko dan menunjukan nama jalan, ternyata Bang La Road. Ya ampuuuuunnn, ternyata si supir salah dengar yang teman saya bilang Pang Nga road, dia pikir Bang La road. Bang La road berada di Patong sedangkan hostel kami berada di Phuket Town.

Keadaan Patong pada malam hari benar-benar hidup, mirip Kuta di Bali. Banyak penjual souvenir, penjual paket tur, dan restoran dari yang mahal sampai murah. Akhirnya kami memutuskan membeli makan malam, seporsi Tom Yam Goong untuk saya. Yang membuat saya senang adalah porsinya yang besar, dan udang di dalamnya yang besar dan masih manis karena masih segar. Harganya 80 bath.
Porsi besar, dijamin bikin kenyang
Kami juga berjalan keliling Patong, untuk mencari paket tour ke Krabi island yang termurah. Setelah tawar menawar dan membandingkan dari beberapa tempat tour akhirnya kami mendapatkan harga 1400 bath. Intinya, jalan-jalan di Thailand itu harus jago-jago nawar. Biasanya mereka memberi harga berbeda untuk bule dan orang Asia.

Kalau menurut salah satu pedagang India yang saya temui, dia bilang dia selalu memberi harga lebih murah ke turis Asia, karena mereka paham isi kantong turis Asia tidak setebal turis Bule heheheee.

Untuk pulang kami memutuskan untuk naik taxi. Untuk informasi, taxi disana tidak menggunakan argo, sistemnya adalah tawar menawar harga dengan si calo taxi. Akhirnya setelah tawar menawar kami mendapatkan harga 150 bath untuk sampai ke hostel kami. Kejadian yang cukup lucu adalah waktu calo taxi menanyakan tujuan kami, dan nama hostelnya. Kami dengan PeDe menyebutkan Lub Sbuy (dibaca: Lub Sbuy). Si calo kemudian berkata tidak pernah mendengar nama itu, dan kemudian dia bertanya kepada beberapa supir lainnya, mereka juga tidak tahu. Lalu saya mengeluarkan kartu nama hostel kami. Kemudian mereka langsung tertawa, karena ternyata kami salah mengucapkan nama hostel kami. Lub Sbuy di bahasa Thailand dibaca “Lab Sbay”. Pantas saja dari tadi mereka tidak tau.-____-

No comments:

Post a Comment