Udah lama sebenarnya saya ingin
ke Phuket, Rencana ini sudah ada dari 2010, tapi apa daya berhubung tiketnya
lumayan mahal, bisa sampai 3 juta untuk tiket PP langsung
Jakarta-Phuket-Jakarta, jadi rencana ini saya tunda dulu. Hingga sampai satu
hari saya mendapat email tentang promo Air Asia yang salah satunya adalah promo
penerbangan PP Jakarta-Phuket-Jakarta.
Saya langsung menghubungi 3 teman
SMA saya Kiki, Uji dan Dae, karena sebelumnya kami sudah mempunyai rencana ke Thailand .
Begitu mereka langsung Ok, saya langsung membooking tiket untuk 4 orang. Waktu
itu harga tiap orang Rp. 1.222.000,- untuk tanggal keberangkatan hari Minggu 20
Januari dan kepulangan 23 Januari.
Begitu tiket sudah di dapat,
selanjutnya adalah menentukan itinerary dan akomodasi selama di sana . Setelah beberapa
minggu mencari yang paling murah maka kami membuat estimasi budget seperti di
bawah ini:
1.
Tur Phi phi island : 900 bath
2.
Tur
Krabi Island
: 1400 bath
3.
Tiket nonton Simon Cabaret : 800 bath
4.
Hostel : 840 bath (3malam)
5.
Mobil : 750 bath (1 hari)
6. Makan selama 450 bath (3 hari)
Mendekati hari H, terjadi musibah
banjir di Jakarta .
Kantor saya sampai diliburkan dari hari Kamis-Jumat, karena semua sarana jalan
menuju kantor terhalang banjir. Tiga teman saya lainnya berdomisili di Bandung , jadi tidak
berpengaruh dengan adanya banjir. Untungnya hari Minggu, air di sekitar jalan
yang saya lewati sudah mulai surut. Semua berjalan lancar, hingga kami tiba di
Airport internasional Phuket jam 7.25 malam, tiba setengah jam lebih awal dari
schedule yang tertera di tiket.
Begitu keluar dari imigrasi kami
langsung menemukan stand sebuah
provider lokal disana yang menawarkan kartu telpon gratis. Banyak orang
mengantri disana untuk mendapatkan kartu telpon dan mengaktifkan layanan
blackberry mereka. Untuk paket Blackberry full tanpa paket sms dan telpon
selama 3 hari, kita harus membayar 100 bath. Tapi saya memilih tidak mengganti
kartu telpon saya, sedangkan 2 teman saya lainnya yang menggunakan android
memilih menggunakan kartu telpon lokal ini untuk mengindari roaming
international.
Begitu keluar pintu bandara,
supir travel yang kami pesan sudah menunggu dengan papan nama. Supir travel
kami bernama Jack, bukan nama sebenarnya sih, tapi dia minta dipanggil Jack.
Bahasa inggrisnya sulit dimengerti, dan dia juga tidak terlalu mengerti bahasa
inggris kami ahahahaaa..
Hostel tempat kami menginap di daerah Phuket Town |
Sampailah saya di penginapan
bernama Lub Sbuy. Sudah agak sepi malam itu, padahal baru jam 21.30. Kami
menginap di Phuket town karena dekat dengan pelabuhan, dimana kami selama 3
hari rencananya akan berkeliling pulau-pulau sekitar Phuket. Ternyata daerah
Phuket town memang tidak ramai kalau malam hari, daerah yang ramai adalah di
Patong untuk kehidupan malamnya. Saya dan teman saya menyewa 1 kamar dengan 2
tempat tidur tingkat untuk kami berempat.
Hari ke-1
Jam 7 pagi kami pergi ke seven
eleven untuk membeli sarapan, untungnya lokasinya sangat dekat dengan hostel
tempat kami menginap. Jam 8 pagi, kami dijemput dengan minibus dari pihak
travel yang kami gunakan, langsung menuju ke pelabuhan. Di pelabuhan kami
diberikan stiker yang digunakan untuk membedakan trip yang kami ikuti. Hari
pertama kami mengikuti paket tur Phi Phi island, dan diberikan stiker berwarna
hijau. Kapal yang kami gunakan adalah sejenis kapal fery kecil. Selama
perjalanan kita bisa melihat banyak karang-karang tinggi di tengah laut yang
ditutupi pepohonan. Pemberhentian pertama adalah di Phi Phi don, atau pulau
phi-phi. Bagi yang akan menginap di phi-phi don maka mereka turun saat
itu. Dari tempat kapal bersandar, saya bisa melihat banyak ikan-ikan berwarna
hijau berkumpul dekat dermaga, saking jernihnya air sehingga dari jarak
beberapa meter pun masih terlihat. Kemudian tempat selanjutnya yang kami
datangi adalah Maya Beach atau orang Thailand sering menyebutnya
Leonardo Di Caprio Beach, karena sempat dijadikan salah satu lokasi pembuatan
film The Beach yang dibintangi Leonardo Di Caprio. Disana kami diberikan
pelampung dan alat snorkeling, sayang saking banyaknya orang yang nyebur ke
laut, ikan-ikan yang terlihat menjadi jarang. Tidak terlalu banyak yang bisa dilihat
di spot snorkeling saat itu.
Snorkeling di Maya Beach (Leonardo Di Caprio Beach) |
Setelah puas snorkeling kami kembali ke phi-phi
island untuk makan siang. Oh iya, disini kita harus bayar 20bath untuk biaya
kebersihan. Makan siang disana gratis karea sudah termasuk kedalam paket tur.
Makanannya berbentuk prasmanan, ada spagethi, nasi, ayam asam manis, ayam kari,
ikan, buah-buahan, makanan manis sejenis candil tapi khas Thailand , dan masih banyak lagi.
Disitu saya benar-benar makan sepuasnya, sekalian balas dendam sarapan yang
cuma sedikit, belum lagi sehabis snorkeling rasa lapar jadi bertambah.
Selesai makan kami diberi waktu
untuk yang ingin keliling dan shopping di phi-phi island. Saya membeli beberapa
postcard titipan dari teman-teman saya di Indonesia . Dan kemudian kami
berkeliling pantai sambil berfoto dengan kapal tradisional Thailand .
Kapal Tradisional Thailand, banyak terlihat di pantai |
Perjalanan pulang kami
habiskan dengan tidur di kapal. Sampai di pelabuhan, saya dan teman-teman sudah
ditunggu oleh supir dari tour lain yang kami pesan. Kami segera menuju ke
Patong untuk menonton Simon Cabaret Show. Tentunya belum pas kalau ke Thailand
tapi belum menonton cabaret warianya. Di dalam ruangan cabaret, semua penonton dilarang mengambil
foto atau video. Saat pertunjukan dimulai munculan beberapa waria yang saat itu
saya lihat wajahnya biasa-biasa saja, malah mengingatkan saya dengan waria
lampu merah yang saya lihat di Indonesia .
Kemudian pertunjukan selanjutnya adalah seorang waria yang terlihat sudah
senior dan agak gemuk, mungkin diatas 40 tahun. Dengan lipstick yang tebal, dan
menggunakan baju seperti Barbie, menyanyi sambil berkeliling ke penonton.
Penonton pria yang dapat jackpot akan kena cium oleh waria ini. Salah satu pria
bule sampai ada yang pindah duduk kebelakang karena takut dicium, sementara
penonton lain hanya tertawa saja.
Selesai pertujukan itu kemudian
lampu sorot mengarah ke ujung panggung, disitu saya kaget melihat waria yang
sedang tampil. Karena cantik sekali, dan berpakaian seksi. Pokoknya mirip model
Victoria
secret yang cantik dan seksi. Ini jauh sekali dengan waria-waria yang pertama
kali tampil. Kalau menurut teman saya, mungkin yang tampil saat itu adalah yang
melakukan operasi mahal sengingga hasilnya cantik sekali, sedangkan yang
sebelumnya operasi murah jadi hasilanya (maaf) seperti waria lampu merah.
Pulangnya kami diantar dengan
minibus lagi, dan saat akan naik kami ditanya arah pemberhentian kami. Teman
saya bilang Pang Nga road, lokasi hostel kami. Lalu kami santai saja duduk
dibelakang bersama penumpang lain. Lalu tidak lama mobil berhenti dan si supir
bilang kepada kami ini Pang Nga road. Begitu kami turun, lokasinya benar-benar
berbeda dari lokasi hostel kami. Untungnya kondisi ramai, jadi kami sekalian
berkeliling melihat-lihat saja. Tidak lama kami melihat papan sebuah toko dan
menunjukan nama jalan, ternyata Bang
La Road . Ya ampuuuuunnn, ternyata si supir salah
dengar yang teman saya bilang Pang Nga road, dia pikir Bang La road. Bang La
road berada di Patong sedangkan hostel kami berada di Phuket Town .
Keadaan Patong pada malam hari benar-benar hidup, mirip Kuta di Bali. Banyak
penjual souvenir, penjual paket tur, dan restoran dari yang mahal sampai murah.
Akhirnya kami memutuskan membeli makan malam, seporsi Tom Yam Goong untuk saya.
Yang membuat saya senang adalah porsinya yang besar, dan udang di dalamnya yang
besar dan masih manis karena masih segar. Harganya 80 bath.
Porsi besar, dijamin bikin kenyang |
Kami juga berjalan keliling
Patong, untuk mencari paket tour ke Krabi island yang termurah. Setelah tawar
menawar dan membandingkan dari beberapa tempat tour akhirnya kami mendapatkan
harga 1400 bath. Intinya, jalan-jalan di Thailand itu harus jago-jago nawar.
Biasanya mereka memberi harga berbeda untuk bule dan orang Asia .
Kalau menurut salah satu pedagang
India yang saya temui, dia
bilang dia selalu memberi harga lebih murah ke turis Asia, karena mereka paham
isi kantong turis Asia tidak setebal turis
Bule heheheee.
Untuk pulang kami memutuskan
untuk naik taxi. Untuk informasi, taxi disana tidak menggunakan argo, sistemnya
adalah tawar menawar harga dengan si calo taxi. Akhirnya setelah tawar menawar kami
mendapatkan harga 150 bath untuk sampai ke hostel kami. Kejadian yang cukup
lucu adalah waktu calo taxi menanyakan tujuan kami, dan nama hostelnya. Kami
dengan PeDe menyebutkan Lub Sbuy (dibaca: Lub Sbuy). Si calo kemudian berkata
tidak pernah mendengar nama itu, dan kemudian dia bertanya kepada beberapa supir
lainnya, mereka juga tidak tahu. Lalu saya mengeluarkan kartu nama hostel kami.
Kemudian mereka langsung tertawa, karena ternyata kami salah mengucapkan nama
hostel kami. Lub Sbuy di bahasa Thailand
dibaca “Lab Sbay”. Pantas saja dari tadi mereka tidak tau.-____-
No comments:
Post a Comment